TIMES JATIM, PACITAN – Harga cabai rawit di Pacitan mengalami lonjakan drastis dalam sepekan terakhir, membuat para pedagang dan konsumen Pasar Minuluo kewalahan.
Harga yang sebelumnya berada di kisaran Rp45 ribu per kilogram, kini meroket menjadi Rp72 ribu per kilogram.
Pedagang cabai rawit, Anung Handayani (54), mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini sangat mempengaruhi jumlah konsumen.
“Pembeli banyak yang komplain, harga cabai rawit kok naik terus? Setiap hari jumlah konsumen menyusut drastis,” ujarnya pada Selasa (23/7/2024).
Menurut Handayani, kenaikan harga ini tidak bisa dihindari karena pasokan dari suplier luar kota juga berkurang.
“Suplier dari luar kota tidak sebanyak sebelumnya, kadang susah dapat barang, jadi mau tidak mau kami harus ikut menaikkan harga,” jelasnya.
Pasokan dari petani cabai lokal juga tidak mencukupi kebutuhan pasar. “Saat musim panen kemarin, stok cabai lokal terbatas, jadi tidak bisa diandalkan sepenuhnya,” tambah Handayani.
Kenaikan harga ini juga dirasakan langsung oleh konsumen, seperti yang diungkapkan Nita Wulandari (30), salah satu konsumen di Pasar Minulyo. “Biasanya beli kiloan, sekarang terpaksa beli seperempat, harganya Rp20 ribu, jadi pusing sendiri,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, harga cabai keriting merah tidak mengalami kenaikan signifikan, tetap di angka Rp38 ribu per kilogram. Sedangkan cabai rawit hijau saat ini berada di harga Rp46 ribu per kilogram.
Sementara itu, pedagang nasi di timur Pendopo Kabupaten Pacitan, Sri Ma'un, juga mengeluhkan mahalnya harga cabai rawit. “Saya beli seperempat saja sudah Rp20 ribu sejak kemarin,” katanya.
Kondisi ini memaksa pedagang dan konsumen untuk lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran dan pembelian bahan pokok.
Pasokan yang terbatas serta harga yang tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi para pedagang di Pasar Minulyo. Mereka berharap situasi ini segera membaik agar aktivitas jual beli kembali normal.
Selain itu, para penjual nasi, juga harus menyesuaikan pembelian cabai agar tetap bisa menjual nasi dengan harga terjangkau. “Harga cabai rawit memang lagi mahal, jadi harus pintar-pintar mengatur pengeluaran,” ujar Sri.
Pasokan cabai yang mencukupi dan harga yang stabil menjadi harapan semua pihak agar aktivitas ekonomi di Pacitan dapat kembali normal dan tidak terus terpuruk.
Dengan harga cabai rawit di Pacitan yang terus melonjak, baik pedagang maupun konsumen berharap adanya solusi cepat untuk mengatasi masalah ini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Harga Cabai Rawit di Pacitan Melejit, Pedagang dan Konsumen Menjerit
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |