TIMES JATIM, SURABAYA – Harga beras medium Bulog di Pasar Wonokromo mengalami kenaikan tajam secara bertahap hingga mencapai Rp2.000 per kilogram.
Pemilik Toko Sembako Makmur, Wahyuni mengungkapkan kenaikan harga beras medium Bulog dan premium terjadi sejak Agustus kemarin dan terus menanjak. Ketersediaan kuota beras medium Bulog bahkan sangat terbatas.
Beras premium seperti merek Pin Pin dan Jeruk misalnya. Rerata harga beras premium itu naik Rp1.000 per kilogram.
Beras Pin-pin biasanya Rp14.000/kilogram menjadi Rp15.000/kilogram. Merek Jeruk biasanya harga Rp14.000/kilogram menjadi Rp15.000/kilogram. Sedangkan Beras Mentik/Pandan biasanya Rp16.000/kilogram menjadi Rp17.000/kilogram.
"Kenaikan sejak Agustus awal," kata Wahyuni, Rabu (6/9/2023).
Sementara beras medium Bulog sak atau kemasan 5 kilogram naik menjadi Rp55.000. Kenaikan harga mencapai Rp10.000 dari harga sebelumnya Rp45.000 atau naik Rp2.000/kilogram.
"Naik hampir Rp10.000. Itu cuma 5 kiloan medium itu beras Bulog," ucapnya.
Bulog sendiri membatasi stok distribusi kepada pedagang eceran. Wahyuni dan pedagang lain misalnya hanya mendapat jatah 200 pak atau sekitar 1 ton dibagi sekitar 20 pedagang. Satu pedagang hanya mendapat jatah 10 pak beras Bulog 5 kilograman.
"Lihat kuota Bulog ngasih berapa, kalau kuota banyak saya kasih banyak. Sedikit ya ta kasih sedikit," tutur Wahyuni.
Biasanya jatah beras Bulog datang setiap satu minggu sekali. Selain itu juga ada jatah 100 pcs dari PD Pasar Surya Wonokromo di harga terakhir Rp50.000/5 kilogram.
"Beras medium juga, nggak punya aku beras lokal. Kosong, nggak ada barang datang juga," tandasnya.
Wahyuni mengatakan, kenaikan harga beras ini merupakan tertinggi daripada bulan-bulan lainnya.
"Tahun ini bulan ini yang paling tinggi, biasanya nggak pernah naik sebulan sampai berapa kali naik, ini hampir satu dua hari naik, seminggu naik lagi, naik terus," kata Wahyuni.
Ia memberikan contoh dari harga beras Rp12.000 menjadi Rp14.000. Ada kenaikan mencapai Rp2.000 per kilogram. Mulai Agustus lalu.
"Jadi naiknya itu nggak langsung, bertahap. Dari seratus sampai dua ribu," ujarnya.
Kenaikan harga ini otomatis dikeluhkan oleh para pembeli. Namun karena beras merupakan barang pokok, mereka tetap membelinya.
Wahyuni mengaku tak ada penurunan pembelian. Namun memang ada penurunan daya beli. Jika biasanya mereka membeli beras premium, kemudian terpaksa beralih ke beras yang kurang enak. Seperti Tugu, Koi dan lain-lain. Harganya Rp65.000/5 kilogram. Ada kenaikan dari Rp58.000/5 kilogram pada jenis beras tersebut namun masih di bawah harga beras premium.
"Beras yang nggak enak sekarang laku semua laku soale beras naik," katanya.
Menurut Wahyuni, beras medium biasanya dibeli para pedagang nasi, warung, depot dan catering.
Rata-rata pembelian per hari beras medium saat ini dibatasi 10 kilogram atau 2 pcs bagi tiap pembeli. Sedangkan premium tidak dibatasi karena dari distributor. Meskipun harga keduanya sama-sama naik.
"Kalau beras pemerintah kan dibatasi," katanya.
Senada, Mbak Ita, pemilik Toko Ita mengungkapkan bahwa kenaikan harga beras juga ia rasakan sejak tiga minggu terakhir.
"Sekarang beras yang enak satu kilonya Rp15.000 sampai Rp16.000 harga dulunya Rp14.000 untuk beras premium," kata Mbak Ita.
Sedangkan beras Bulog mengalami kenaikan dari Rp45.000 menjadi Rp55.000/5 kilogram.
"Kalau dari sana Rp52.000. Jualnya ke masyarakat Rp54.500-Rp55.000 tergantung pengambilan kita dari Bulog," tandasnya.
Kuota beras medium dari Bulog juga dibatasi. "Dapatnya kita cuma 25 pcs 5 kiloan per toko, lha kadang itu tiga hari udah nggak ada. Kadang satu minggu kemudian dikirim lagi," ucap Mbak Ita.
"Kalau mau nuruti pembeli satu hari habis, cuma kita kan disuruh njatahi dua-dua aja," ungkapnya.
Sementara dari PD Pasar Surya juga ada kuota. Meskipun kadang telat dari 2 minggu sampai 1 bulan sehingga pembeli terpaksa belanja beras premium.
"Kuotanya saya batasi dua. Yang nemen (parah) ini kenaikan beras aja. Nemen ini naik e istilahe. Satu hari bisa naik Rp150," ujar Mbak Ita.
Kenaikan beras terus menerus ini bahkan tidak seperti saat momen lebaran.
"Kalau lebaran kemarin nggak naik, normal hargae. Ya ini ada tiga mingguan naik terus beras. Kata Bulog gagal panen juga terus pengiriman beras kekuatannya dikit," ungkap Mbak Ita.
Apakah setiap jelang Pemilu ada kenaikan harga beras?
"Pengaruh paling ya, nggak tahu aku. Dulu-dulu nggak ada, ya bulan ini aja. Kalau telur ya standar, minyak curah ya normal harganya," kata dia.
Kenaikan harga membuat pedagang khawatir menjual berapa lagi kepada pembeli yang rata-rata mencari beras medium. Mau jual harga lebih tinggi, Mbak Ita tidak tega. Meskipun beras medium Bulog naik, pembeli masih mau karena masih di bawah Rp60.000/5 kilogram.
"Untungnya penjual makin habis. Masyarakat tetap beli ya gimana lagi wong tiap hari makannya nasi," ujarnya.
Kondisi itu juga dikeluhkan pembeli. Lia, warga Tenggilis mengatakan bahwa kenaikan harga beras ini merupakan tertinggi.
"Betul ini paling tinggi, tapi gimana lagi memang kita makan pokok ya beras ya tetap beli," ungkapnya.
Tak ada kenaikan harga bahan pokok lain yang menonjol di Pasar Wonokromo selain kenaikan harga beras medium Bulog dan beras premium saat ini.(*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |