https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Harga Ubi Jalar Anjlok Rp 700 Sekilo, Petani Di Banyuwangi Merugi

Senin, 31 Agustus 2020 - 14:40
Harga Ubi Jalar Anjlok Rp 700 Sekilo, Petani Di Banyuwangi Merugi Ubi jalar kuning. (FOTO: Agung Sedana/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Harga ubi jalar di Kabupaten Banyuwangi merosot drastis. Dari sebelumnya seharga Rp 2.500 sekilo, anjlok di harga Rp 700 sekilonya. Akibatnya, banyak petani yang mengalami kerugian.

Anjloknya harga tersebut dikarenakan musim panen raya ubi jalar di Kabupaten Banyuwangi. Sehingga menyebabkan lonjakan stok ubi yang tidak sebanding dengan jumlah permintaan pasar.

"Lebih kurang 2 pekan ini, petani di Banyuwangi mengeluhkan situasi ini. Khususnya untuk ubi jalar kuning. Harganya hancur hingga 700 rupiah saja sekilonya," kata Sofiandi, Waketum Asosiasi Petani Ubi Jalar Indonesia (ASAPUJI), Senin (31/8/2020).

Disebutkan, petani setidaknya sudah menghabiskan biaya perawatan sebesar Rp 25 juta per hektare. Dengan estimasi panen mencapai maksimal 25 ton. Apabila dikalkulasi dengan harga pasaran Rp 700, maka petani mendapatkan penjualan Rp 17,5 juta. Dipaksa merugi Rp 7,5 juta.

“Petani masih bisa balik modal jika dapat harga dikisaran seribu per kilonya. Kalau hanya 700 rupiah seperti saat ini, jelas petani mengalami kerugian yang besar,” katanya.

Menurut Sofiandi, ubi jalar jenis kuning ini memang menjadi primadona di Banyuwangi.  Sebab itu, banyak petani yang menanam jenis tersebut secara besar-besaran. Akibatnya saat panen raya jumlahnya meningkat, hingga over produksi.

"Ini yang menjadi PR kita bersama. Petani masih kesulitan mengakses informasi, sehingga tidak mengetahui produk apa yang dibutuhkan pasar,” jelas Sofiandi.

Untuk saat ini, ASAPUJI tengah melakukan komunikasi dengan Kementerian Pertanian. Gina mencari solusi atas kondisi di Banyuwangi sekarang.

“Kita teruskan ke kementerian. Dikaji dengan serius. Bagaimana ada simultan mulai dari sektor budidaya, marketing hingga penataan wilayah produksi. Sebab, petani ubi jalar sendiri terbagi menjadi dua tipikal. Ada yang konstan ada yang musiman,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi menyampaikan bahwa tanaman ubi ini merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang populer. Seperti jagung dan kedelai. Namun berbeda dengan beras, konsumsi masyarakat terhadap komoditi pertanian ini terbatas.

“Konsumsinya bukan tidak terbatas. Sehingga harganya di pasar pun menjadi fluktuatif. Suatu ketika harganya meroket, dan waktu tertentu harganya terjun bebas,” kata Arief Setiyawan.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Banyuwangi, lahan tanaman ubi jalar di Banyuwangi mencapai 300 hektare. Dengan berbagai jenis ubi.

“Luas pertanian ubi jalar di Banyuwangi kurang lebih 300 hektare. Dari total 66 ribu lahan. Tentu kedepannya kita akan lakukan pemetaan dan pendampingan, sehingga petani bisa menanam komoditi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasar," katanya. (*)

Pewarta : Agung Sedana
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.