TIMES JATIM, JAKARTA – Laba bersih FY2024 PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) adalah sebesar Rp55,8 triliun atau setara dengan EPS Rp597,67. Dengan estimasi konsensus Finance Yahoo yang terpantau Kamis (7/2/2025) sebesar Rp602, EPS FY2024 BMRI tersebut hanya 0,83 persen di bawah ekspektasi konsensus.
“Harga saham BMRI pada perdagangan kemarin (7/2/2025) turun Rp425 atau 7,69 persen. Pertanyaan sebenarnya adalah: apakah “hukuman” berupa koreksi sebesar 7,69 persen yang terjadi pada harga saham BMRI itu setara dengan kinerja yang hanya 'meleset sedikit' (0,83 persen)? Disitu yang dirasakan ganjil,” ujar Satrio Utomo, praktisi pasar modal Komunitas Trader Saham RencanaTrading kepada TIMES Indonesia, Jumat (7/2025).
Menurut Satrio, koreksi BMRI yang terjadi pada perdagangan kemarin adalah sebuah overreaction. Pasar bereaksi berlebihan terhadap sebuah kabar buruk.
“Kalau dibilang bahwa kinerja yang meleset sedikit tersebut adalah berakhirnya masa pertumbuhan tinggi dari BMRI, apa iya seperti itu?” ujarnya.
Ia memaparkan, pertumbuhan kredit BMRI untuk 2024 adalah sebesar 19,36 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan kredit pada tahun 2022 yang hanya tercatat sebesar 12,66 persen, atau bahkan dari angka pertumbuhan kredit 2023 yang juga hanya sebesar 16,3 persen.
Alasan kedua, yang lebih masuk akal adalah bahwa fund manager yang memiliki dana kelolaan yang sangat besar, memanfaatkan berita 'agak jelek' ini sebagai alasan untuk melepas posisi.
“Pada bulan Desember kemarin, muncul berita bahwa salah satu fund manager yang memiliki portfolio saham dengan jumlah yang sangat besar, berencana untuk mengalihkan kepemilikannya. Apakah tekanan jual yang terjadi adalah imbas dari redemtion yang dilakukan oleh nasabah dari fund manager ini?” ujarnya.
Ia menambahkan, problem terbesar dari harga saham BMRI saat ini adalah koreksi 7,69 persen yang terjadi kemarin. Imbas dari koreksi ini membuat harga saham BMRI ditutup di level 5.100, sehingga membuat harga saham ini menembus level 5.525 yang merupakan suport dari formasi double top.
Penembusan atas suport ini, lanjut dia, membuka ruang koreksi bagi saham BMRI hingga di bawah level 4.500 meski target sebenarnya bisa lebih buruk dari itu.
Di harga 5.000 atau pada saat tulisan ini ditulis, harga saham BMRI memiliki PER 8.0x (dengan menggunakan EPS TTM pada level Rp 621). Apakah BMRI kemudian bisa turun hingga PER 7,2 atau bahkan lebih rendah?
Ia menegaskan, kondisi pasar memang sedang ‘buruk’. Setelah Presiden Prabowo bilang bahwa saham adalah judi, kondisi pasar memang sedang tidak baik-baik saja. Ini semua terjadi di tengah perang dagang yang sebenarnya tidak seburuk yang diperkirakan, serta pertumbuhan ekonomi RI FY2024 yang sedikit di atas ekspektasi.
"Overall berita eksternal dari BMRI sebenarnya cenderung positif. Lantas, apakah pasar memiliki hak untuk menghukum BMRI?” tandasnya. (*)
**) Disclaimer: Tulisan dan analisa ini tidak dimaksudkan sebagai suatu rekomendasi atau anjuran untuk ikut membeli atau menjual suatu instrumen investasi.
Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |