TIMES JATIM, LAMONGAN – Petani jagung di Kabupaten Lamongan bakal segera bisa merasakan proses menanam jagung dengan biaya murah, namun hasilnya melimpah.
Hal itu seiring dengan rencana Syngenta, sebuah perusahaan yang bergerak di pusat riset pengembangan perlindungan tanaman, akan segera melakukan uji coba hasil temuannya, yaitu jagung bio teknologi NKsakti, dalam waktu dekat.
Seperti yang disampaikan Brand & Digital Marketing Manager Syngenta, Imam Sujono, bahwa jagung dengan bio teknologi NKsakti ini lebih tahan terhadap hama pengerek batang jagung yang kerap menginfeksi jaringan tanaman, dan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis pembuahan pada tanaman.
"Hasil riset ini sudah cukup lama dan ini sudah mendapatkan pengesahan. Kabar baik ini kami sampaikan kepada petani, karena petani ingin menanam jagung menggunakan bio teknologi, berbiaya murah hasil melimpah," kata Imam, saat silaturahim dengan kelompok petani jagung di Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Selasa (2/5/2023).
Imam menjelaskan, produk Syngenta sudah melalui riset yang panjang bertahun-tahun. Budidayanya sangat muda, dengan biaya perawatan yang juga lebih murah, karena tahan terhadap racun rumput glifosat, atau biasanya petani menyebutnya hancur rumput kuning.
"Teknologi baru ini sangat membantu petani, sehingga petani akan lebih mudah, lebih murah untuk menghasilkan produk yang hasil yang lebih tinggi, karena biaya produksi lebih murah, karena tidak menggunakan pestisida," tuturnya.
Selain itu, kata Imam, jagung bio teknologi NKsakti juga cara kerjanya lebih ringan, bisa mengurangi tenaga kerja, misalnya 4 orang hanya 2 orang saja.
"Biaya produksi per 1 hektare hanya berkisar Rp 600 ribuan, yang bisa menghasilkan 9-12,6 ton setiap satu hektare," ujar Imam.
Rencana uji coba penanaman jagung bio teknologi NKsakti tersebut disambut baik oleh para petani jagung Lamongan.
Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), H. Sholahuddin, mengungkapkan uji coba jagung bio teknologi NKsakti akan dilaksanakan secara massal di Lamongan pada bulan Oktober 2023 mendatang.
Sholahuddin menilai, jagung bio teknologi NKsakti bisa lebih menguntungkan petani, sebab selama ini biaya produksi untuk tanam jagung, khususnya untuk memberantas hama membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
"Nah sekarang dengan adanya jagung yang tahan terhadap glifosat sehingga petani sangat dimudahkan untuk bercocok tanam dan biayanya murah," kata Sholahuddin.
Lebih lanjut Sholahuddin menjelaskan, ketika jagung terserang ulat, biasanya akan sulit sekali dibasmi, karena ada di dalam jagung. Tapi ketika ini bibitnya yang sudah dibentuk tahan terhadap ulat, maka akan membuat biaya produksi menjadi lebih murah.
"Teknologi ini sudah lama sekali kita harapkan, dan Alhamdulillah hari ini muncul dari Lamongan untuk Indonesia karena insya Allah nanti pertama kali akan ditanam di sini ya," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Sholahuddin, dengan adanya teknologi ini petani semakin mudah mengembangkan pertanian jagung. Dia berharap petani lebih semangat lagi khususnya di daerah-daerah LMDH, daerah-daerah lahan yang baru, lahan hutan baru lebih mudah sekali, karena tantangan gulmanya mudah sekali di atasi.
"Saya kira ini menjadi sebuah solusi ke depan. Dengan teknologi ini pertanian jagung akan lebih maju lagi dan pendapatan petani akan lebih meningkat lagi. Ini kita sudah dibawakan bibit, Insyaallah akan kita coba di lahan yang ada irigasi teknis ya sekitar bulan Oktober 2023 mendatang, dan ini baru pertama kali, jadi diawali dari Lamongan untuk Indonesia," ucap Sholahuddin. (*)
Pewarta | : MFA Rohmatillah |
Editor | : Irfan Anshori |