TIMES JATIM, SURABAYA – Surabaya, Minggu pagi, 29 Juni 2025. Langit masih berwarna pucat saat satu per satu tamu mulai berdatangan ke halaman Makorem 084/Bhaskara Jaya. Tak ada derap langkah tegap seperti dulu. Yang terdengar adalah tawa ringan, sapaan akrab, dan pelukan hangat sebuah reuni yang lama dinanti.
Hari ini Minggu, 29 Juni 2025, alumni Akademi Militer angkatan 1992 berkumpul kembali dalam sebuah acara bertajuk “Sugeng Rawuh Persada 92”. Tidak datang sendiri, para alumni datang menggandeng pasangan hidup mereka. Istri-istri yang selama ini setia mendampingi dalam diam, ikut hadir menyemarakkan suasana.
“Wah, kita sudah tidak muda lagi ya!” canda seorang peserta sembari memeluk temannya yang sudah lama tak bersua. Di wajah-wajah mereka tampak kerutan, tapi juga sinar hangat. Bukan sinar muda, tapi sinar dari perjalanan panjang yang telah mereka lewati bersama.
Suasana yang Cair dan Penuh Tawa
Tak ada panggung mewah atau pidato panjang. Yang ada justru suasana hangat dan sederhana. Rangkaian hiburan pun dibuat ringan dan akrab. Mereka menyanyi bersama, tertawa dalam permainan adu fokus, mencoba hulahup dan tentu saja, joget bersama pasangan.
Satu momen yang membuat seluruh peserta tertawa lepas adalah lomba joget sambil menjepit jeruk di dahi masing-masing pasangan. Aturannya sederhana: pasangan harus berjoget dengan dahi saling menempel, menjaga jeruk agar tidak jatuh.
“Duh, jangan ketawa, nanti jatuh!” celetuk seorang ibu sambil berusaha menahan jeruk bersama suaminya. Wajahnya merah, bukan karena malu, tapi karena menahan tawa. Saat jeruk mereka jatuh, seisi ruangan pun bersorak, bukan mengejek, tapi berbagi tawa.
Lomba ini bukan tentang menang atau kalah. Tapi tentang menikmati kebersamaan. Tentang mengenang bahwa di balik setiap keberhasilan, ada pasangan yang selalu mendampingi.
Meja Makan dan Cerita Lama
Setelah puas berjoget, semua peserta duduk bersama menikmati makan siang. Makanannya sederhana, namun disajikan dengan penuh rasa kekeluargaan. Di antara suapan nasi, terdengar cerita lama yang terus mengalir.
“Masih ingat waktu dihukum push-up bareng di Magelang?” tanya salah satu alumni, sambil menunjuk temannya yang kini sudah berpangkat tinggi. Keduanya tertawa, disusul tawa yang menular ke meja-meja lain.
Tak ada sekat pangkat, tak ada jarak usia. Hari itu, mereka bukan jenderal atau kolonel. Mereka adalah teman seangkat, teman seperjuangan. Yang dulu jatuh bangun bersama, kini duduk bersisian mengenang masa muda.
Pesan yang Dalam dari Sang Komandan
Di tengah acara, Danrem 084/BJ Brigjen TNI Danny Alkadrie berdiri menyampaikan sepatah dua kata. Suaranya tenang, tapi dalam.
“Reuni ini bukan hanya soal bertemu. Ini adalah bukti bahwa kebersamaan kita tidak berhenti di gerbang Akmil. Kita telah menjadi keluarga, dan semoga silaturahmi ini terus terjaga sampai maut memisahkan,” ujarnya.
Ucapan itu disambut hening. Beberapa peserta mengangguk pelan. Kata-kata sederhana, tapi menyentuh.
Prima, istri dari Mayjen TNI Budi Harissuwanto, ikut menyampaikan rasa terima kasih. “Terima kasih untuk Ibu Danrem dan Bapak Danrem atas penyelenggaraan acara ini. Kami merasa begitu dekat satu sama lain. Rasanya seperti pulang ke rumah,” katanya.
"Semoga reuni angkatan 92 ini semakin mempererat tali persaudaraan kami," tambahnya.
Reuni Akmil 92 bukan sekadar agenda tahunan. Ini adalah pertemuan jiwa-jiwa yang pernah ditempa dalam kerasnya pendidikan militer, lalu disebar ke seluruh pelosok negeri. Hari ini mereka kembali bukan untuk bertugas, tapi untuk mengisi ulang batin.
Mereka datang dengan rambut memutih, tapi pulang dengan hati yang kembali muda. Tawa hari itu mungkin akan tenggelam oleh kesibukan esok. Tapi kenangan, persaudaraan, dan kehangatan yang terbangun di bawah langit Makorem akan tetap tinggal.
Karena bagi mereka, menjadi leting 92 bukan hanya soal masa lalu. Tapi tentang ikatan yang hidup dan tumbuh selamanya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Reuni Akmil 92 di Makorem 084/BJ: Tawa, Peluh, dan Ikatan yang Tak Pernah Luntur
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Deasy Mayasari |