https://jatim.times.co.id/
Berita

Jasmerah, Sejarah dan Kejamnya Tragedi PKI pada 18 Oktober 1965 di Cemetuk Banyuwangi

Jumat, 30 September 2022 - 16:39
Jasmerah, Sejarah dan Kejamnya Tragedi PKI pada 18 Oktober 1965 di Cemetuk Banyuwangi Monumen Pancasila Jaya Lubang Buaya Cemetuk Banyuwangi (Foto: Anggara Cahya /TIMESIndonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – "Jasmerah" Jangan sampai melupakan sejarah. Bertepatan 30 September 2022, tragedi membekas masa lalu kembali muncul ke permukaan dalam benak. Sedang hangat pula tranding topik Twitter dengan hashtag #JasMerahBiadabnyaPKI, membuat rakyat Banyuwangi kembali berduka atas musibah 18 Oktober 1965 pembunuhan massal oleh PKI (Partai Komunis Indonesia)  terhadap 62 Pemuda Ansor di Cemetuk Banyuwangi.

Tak satu pun catatan yang menjelaskan secara pasti kapan PKI mulai masuk ke kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini. Namun dalam buku yang berjudul "Selayang Pandang Perang Kemerdekaan di Bumi Blambangan" karya Sri Adi Oetomo disebutkan, bahwa yang pasti, pada tahun 1947 PKI sudah mengakar di Banyuwangi khususnya di beberapa daerah bagian selatan.

Dusun Cemetuk, Desa Cluring, Kecamatan Cluring Banyuwangi, disanalah salah satu tempat bersejarah yang memiki benang merah atas tumbuh kembangnya PKI di Banyuwangi.

Banyuwangi yang kental akan alam, budayanya adalah sarang yang bagus untuk tumbuh kembang PKI, dengan berbagai organisasi-organisasi underbownya, seperti Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra), Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSHI), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), membuat PKI mudah mengakar di Banyuwangi.

Monumen-Pancasila-Banyuwangi-a.jpgMonumen Pancasila Jaya Lubang Buaya Cemetuk Banyuwangi (Foto: Anggara Cahya /TIMESIndonesia)

SOBSHI yang dipimpin Masdar, BTI dipimpin Samanhudi, dan Muhammad Arif dari kalangan seniman di LEKRA yang viral dengan karya lagu Genjer-genjernya.

Saat itu PKI dan anggota organisasi underbow PKI cukup mendominasi di Dusun Cemetuk. Adapun tokoh-toko PKI Banyuwangi saat itu ialah, Prayitno dan Suntoyo sebagai pimpinan dan dibantu Sunyoto, Ikhwan, Kusno, Samud, Karto dan Kabul.

11 Oktober 1965, situasi di Cemetuk mulai mencekam. Banyak anggota PKI atau organisasi underbownya melarikan diri ke Cemetuk untuk meminta perlindungan, menyusul kebijakan pemerintah menumpas PKI hingga ke akar-akarnya.

12 Oktober 1965, Pemuda Rakyat dari PKI melakukan penyekapan terhadap 28 orang PNI dan Pemuda Demokrat yang sedang melakukan rapat.

Dan saat tanggal 18 Oktober 1965 tersiar kabar bahwa akan ada penyerangan terhadap orang-orang PKI di Yosomulyo, yang dilakukan oleh warga dari Muncar sebanyak 3 truk. Dipimpin oleh warga Nahdlatul Ulama, termasuk Ansor, yaitu Salamin, Riffaki, rombongan tersebut di cegat dan ketiga truk dibakar habis oleh PKI, dikumpulkanya dan dibawa rombongan tersebut ke Cemetuk untuk dihabisi.

Monumen-Pancasila-Banyuwangi-b.jpgMonumen Pancasila Jaya Lubang Buaya Cemetuk Banyuwangi (Foto: Anggara Cahya /TIMESIndonesia)

"mayat-mayat para pemuda tersebut dikubur dengan membuat tiga lubang. Lubang pertama berisi 11 mayat, lubang kedua 11 mayat dan lubang yang ketiga diisi 40 mayat, sehingga terdapat 62 mayat" jelas pak Supingi selaku Juru Kunci Lubang Buaya Monumen Pancasila, Jumat (30/09/2022).

Pada 21 Oktober 1965 penumpasan sisa-sisa gerombolan PKI yang ada di Cemetuk pelaksanaan penumpasan ini tidak boleh main hakim sendiri, melainkan harus bertindak dibelakang komando ABRI.

Banyak spekulasi bibit-bibit PKI di Banyuwangi muncul, berasal dari pengikut-pengikur Sarekat Islam yang akhirnya pecah menjadi dua kelompok, terbagi atas kelompok kanan dan kelompok kiri atau merah. Sarekat Islam kelompok merah inilah yang akhirnya berganti ke Indische Social Demokratische Vereeniging atau ISDV cikal bakal sebelum akhirnya berganti nama menjadi PKI.(*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.