TIMES JATIM, JEMBER – Peran insan media dalam menjalankan fungsi jurnalistik yang independen dan profesional, dirasa semakin penting di masa saat ini. Sebab, pers yang sehat akan bisa menyaring informasi yang mengalir deras di era media sosial seperti saat ini.
“Keterbukaan informasi di era media sosial saat ini, membuat informasi bisa dengan mudah tersaji. Di satu sisi, ini menjadi indikator positif dalam kemerdekaan berpendapat yang merupakan prasyarat demokrasi. Karena masyarakat saat ini bisa dengan mudah menyampaikan gagasan atau aspirasinya di media sosial,” ujar Muhammad Fauzinuddin Faiz, akademisi dari UIN KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember dalam diskusi dengan TIMES Indonesia terkait peringatan Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari 2021 ini.
Namun, kebebasan berpendapat di media sosial ini juga menjadi tantangan lain bagi Indonesia yang sedang berproses menjadi negara demokrasi yang lebih matang.
“Karena belum semua warganet punya tingkat literasi yang baik dalam memilah, menyaring dan menyebarkan informasi yang tersebar di media sosial. Karena itu, di sinilah peran penting dari insan pers yang profesional, agar informasi yang menyesatkan bisa diminalisir. Ini juga sekaligus fungsi edukasi dari pers sebagaimana yang disebutkan dalam UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers,” ujar pria yang mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dan Fakultas Syariah ini.
Fungsi edukasi dari pers ini menjadi kian penting, terutama di saat bangsa Indonesia saat ini sedang berjuang untuk bangkit dari pandemi Covid-19.
“Pandemi yang telah berusia setahun lebih ini, telah menimbulkan resesi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sebagai dampak dari pembatasan mobilitas manusia. Maka tahun 2021 ini, menjadi awal bagi kita untuk berjuang bersama, antara lain melalui program vaksinasi yang dilakukan bersamaan dengan disiplin pada protokol kesehatan,” papar Faiz.
Ketersediaan informasi yang tepat, diharapkan akan membantu lebih banyak masyarakat, untuk mengambil tindakan yang tepat dalam kondisi pandemi.
Sebab, pers juga dapat memengaruhi pembentukan tingkah laku dan kebiasaan orang lain.
“Kita sedang berhadapan dengan virus yang baru, yang masih terus diteliti oleh para ilmuwan. Di sini, sains menjadi panglimanya, melalui peran pemerintah dalam menentukan arah kebijakan. Karena itu, pers yang profesional diharapkan akan memilihara akal sehat agar tetap obyekif,” ujar pria yang juga Ketua PC Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahlatul Ulama (PC LTN NU) Jember ini.
Dalam konteks keagamaan, Faiz menilai Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang menjadi payung bagi setiap insan jurnalis, sangat bersesuaian dengan nilai-nilai profetik dalam Islam.
Seperti soal mengedepankan tabayyun atau check-recheck. Artinya, media harus menyampaikan informasi setelah dicari kejelasannya dari sumber yang kredibel.
“Dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN), kita semua mendoakan, semoga insan pers di Indonesia semakin profesional dan independen dalam mengemban amanah,” pungkas mahasiswa program doktoral di UIN Sunan Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta ini. (*)
Pewarta | : Muhammad Faizin AP |
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |