https://jatim.times.co.id/
Berita

Memahami Pentingnya Pemilahan dan Pengolahan Sampah di Indonesia

Rabu, 13 September 2023 - 11:12
Memahami Pentingnya Pemilahan dan Pengolahan Sampah di Indonesia Pemaparan materi pengomposan oleh Gun Gun. (FOTO: Tangkapan Layar)

TIMES JATIM, JAKARTASampah menjadi masalah serius yang perlu mendapat perhatian lebih. Terutama setelah terjadinya overload sampah dan kebakaran di TPA Sarimukti akhir-akhir ini.

Adanya musibah di TPA Sarimukti mendorong Komunitas Ibu Cerdas (KIAS) menyelenggarakan webinar dengan tema 'Darurat Sampah, Saatnya Naik Kelas!' yang dilaksanakan pada Minggu (10/9/2023).

Pada kesempatan ini, mantan direktur PD kebersihan Kota Bandung (2015-2021), Gun Gun Saptari Hidayat, ST, MBA menjelaskan bahwa memilah dan mengolah sampah itu sangat penting.

Gun Gun selaku narasumber menjelaskan bahwa sampah harus dipilah terlebih dahulu, antara sampah organik dan anorganik, sebelum dibuang ke tempat sampah. 

Menurutnya, selama ini di Indonesia belum menerapkan pemilahan sampah. Sampah hanya dibuang di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut dan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

"Pola penanganan sampah seperti ini merupakan penanganan sampah paling primitif dan telah ditinggalkan oleh negara-negara lain," kata Gun Gun.

Hal ini dikarenakan cara tersebut tidak menyelesaikan masalah sampah tetapi hanya memindahkan masalah sampah dari rumah ke TPA. 

Pentingnya Pemilahan Sampah

Untuk itulah, sebelum dibuang, sampah harus dipilah. Jika tidak dipilah, sampah di TPA yang sudah tercampur ditambah pembusukan sampah organik yang tidak melalui pengomposan, akan menghasilkan gas metan (CH4).

Gas metan ini merupakan gas rumah kaca yang bisa memicu pemanasan global; menyebabkan longsor karena gas yang tertimbun dalam tanah bisa meledak; dan gas yang mudah terbakar sehingga memicu terjadinya kebakaran, seperti yang terjadi di TPA Sarimukti.

Selain itu, mencampurkan sampah organik dan anorganik juga menyebabkan material lain kotor, bau, jijik, dan jorok sehingga susah untuk dimanfaatkan kembali.

Untuk mengatasi masalah tersebut, saat ini negara-negara di dunia menerapkan zero waste trend atau gaya hidup minim sampah dengan tujuan mengurangi sampah.

Tren ini dilaksanakan dengan cara memilah sampah mulai dari sumber kemudian sebisa mungkin diolah dan dimanfaatkan. Cara kedua sampah yang dibuang dan diolah di TPA hanya sampah sisa saja, bukan sampah campur.

Menurut Gun Gun, sampah minimal dipilah menjadi 3 jenis lalu kemudian diolah. Pertama sampah organik diolah dengan cara membuat kompos di area masing-masing, seperti di rumah atau lingkungan RW.  Selain dijadikan kompos, sampah organik juga bisa dimanfaatkan untuk pakan binatang seperti maggot atau cacing.

Kemudian untuk sampah anorganik seperti kaleng, botol, dan kertas bisa didaur ulang.  Terakhir membuang residu atau sampah sisa ke TPA. Residu ini nantinya akan diolah menggunakan teknologi canggih untuk menghasilkan listrik atau energi lain yang bisa dimanfaatkan oleh warga. 

Pengolahan Sampah Organik

Sampah paling banyak di Indonesia adalah sampah organik. Maka dari itu Gun Gun mengajak peserta webinar untuk mulai mengompos, karena mengompos adalah cara paling baik, mudah, dan murah untuk mengembalikan sampah organik ke tanah. 

Teknik mengompos ada dua, yaitu aerob dan anaerob. Pada teknik aerob merupakan teknik pengomposan yang membutuhkan udara atau oksigen dalam prosesnya. Teknik ini dilakukan di atas tanah dengan cara melubangi wadah kompos dan ada proses pengadukan. Hasil dari proses pengomposan ini berupa kompos padat.

Sementara teknik anaerob merupakan teknik yang tidak membutuhkan udara dalam prosesnya. Umumnya dilakukan di dalam tanah dan tidak ada lubang sirkulasi udara pada wadah kompos.

"Hasil kompos dari proses pengomposan teknik anaerob adalah kompos padat dan cair. Kompos cair ini berupa POC atau Pupuk Organik Cair,” ucap Gun Gun. 

Unsur Penting Pembuatan Kompos

Dalam pengomposan ada lima unsur yang harus diperhatikan, yaitu unsur hijau (N), unsur cokelat (C), oksigen, mikroorganisme, dan tanah atau kompos. Unsur hijau adalah sampah yang mengandung nitrogen seperti sayuran, buah-buahan, cangkang telur.

Unsur cokelat adalah sampah yang berwarna cokelat dan mengandung karbon contohnya daun kering, kertas, sisa kayu, dan serbuk gergaji.

Untuk menghasilkan kompos yang bagus unsur cokelat sebaiknya lebih banyak dari unsur hijau, dengan perbandingan 3:1. Unsur cokelat yang banyak bisa mencegah bau selama proses pengomposan.

Selain itu, oksigen yang cukup juga penting supaya mikroorganisme mendapat energi untuk mengurai sampah dan mencegah bau. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melubangi wadah sampah dan melakukan pengadukan secara rutin pada teknik pengomposan aerob. 

Selanjutnya dalam mengompos juga dibutuhkan mikroorganisme untuk mengurai sampah organik. Mikroorganisme ini bisa diperoleh dari sampah organik itu sendiri dan tanah.

Namun, apabila merasa masih kurang bisa ditambahkan cairan bioaktivator, MOL, EM4, eco enzyme, atau air cucian beras yang sudah didiamkan selama 2-3 hari.

Terakhir, tanah juga bisa digunakan untuk mengatasi kompos yang bau. Caranya dengan menimbun sampah organik dengan tanah. Masalah dalam pengomposan terjadi apabila ada yang tidak ideal dari kelima unsur di atas.

Untuk sampah jenis daging, ikan, tulang, produk olahan susu, dan minyak sebaiknya langsung dikubur di dalam tanah karena berpotensi bau dan ada belatung.

Dalam mengompos ada beberapa metode yang dapat dilakukan, yaitu metode lubang, pipa, wadah, karung, boks, bata, dan kang empos. Metode kang empos (karung ember kompos) bisa dilakukan bagi orang-orang yang tidak memiliki halaman rumah untuk membuat lubang biopori.

Sebab metode ini dilakukan menggunakan ember bekas cat yang diberi karung di dalamnya. Kemudian sampah organik dimasukkan dalam karung dan ember ditutup dengan rapat. Sampah organik tersebut akan menjadi kompos setelah dibiarkan selama kurang lebih sebulan.

Penanganan sampah yang kurang tepat bisa menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu, mari mulai sekarang kita pilah dan olah sampah kita sendiri! (*)

Pewarta : Aisyah Ramadhani (MBKM)
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.