TIMES JATIM – Perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 tak semestinya dimaknai sekadar pergantian kalender. Lebih dari itu, momen ini seharusnya menjadi titik balik untuk mengubah pola pikir masyarakat agar lebih maju dan siap mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pesan ini disampaikan Ketua DPRD Pacitan, Dr Arif Setia Budi, Selasa (2/12/2025).
Ia mengajak seluruh warga untuk mulai meninggalkan pola pikir “sekadar bertahan” dan berani melangkah maju menghadapi tantangan zaman. Menurutnya, kemajuan daerah tidak akan pernah tercapai jika masyarakat hanya berjalan di tempat.
“Berkaitan dengan Nataru 2025, saya mengajak seluruh warga untuk selalu berpikir maju. Jangan hanya bertahan, tapi harus terus melangkah hari ini, besok, dan seterusnya. Supaya yang kita pikirkan selalu tentang kemajuan,” ujarnya.
Bagi Arif, perubahan pola pikir bukan sekadar slogan. Justru di situlah fondasi utama kesejahteraan masyarakat dibangun. Jika cara berpikir sudah maju, maka upaya meningkatkan ekonomi, kualitas pendidikan, hingga daya saing daerah akan jauh lebih mudah diwujudkan.
“Supaya tujuan hidup bahagia dan sejahtera itu benar-benar bisa kita raih,” lanjutnya.
Ia juga menekankan bahwa perubahan tidak cukup hanya bergantung pada kebijakan pemerintah. Semua berawal dari kemauan pribadi setiap warga untuk terus belajar, berbenah, dan meningkatkan kapasitas diri.
“Yang paling penting adalah kemauan yang kuat untuk berubah, memiliki mindset yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya,” tegasnya.
Tantangan Zaman yang Kian Cepat
Arif mengingatkan, masyarakat saat ini hidup di tengah arus modernisasi yang bergerak sangat cepat. Perkembangan teknologi, perubahan pola konsumsi, sampai dinamika ekonomi global menuntut daerah untuk terus beradaptasi.
“Di zaman yang serba cepat ini, kalau kita tidak sigap menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, jangan heran kalau kehidupan ke depan terasa makin sulit dan tidak menentu,” tandasnya.
Ia menilai tantangan tersebut sangat relevan dengan kondisi Pacitan yang tengah berupaya memperkuat basis ekonomi lokal, mulai dari sektor UMKM, pariwisata, hingga ekonomi kerakyatan. Karena itu, Nataru 2025 dipandang sebagai momentum strategis untuk menggerakkan roda perekonomian warga.
Lonjakan wisatawan, meningkatnya aktivitas perdagangan, hingga perputaran uang selama libur akhir tahun seharusnya benar-benar dimanfaatkan secara optimal. Namun hal itu hanya bisa terwujud jika masyarakat memiliki kesiapan mental, kreativitas, serta keberanian menangkap peluang.
Nataru Sebagai Penggerak Ekonomi
Perayaan Natal dan Tahun Baru, menurut Arif, tidak hanya punya dampak sosial dan budaya, tetapi juga efek ekonomi yang signifikan. Sektor perdagangan, perhotelan, kuliner, transportasi, hingga destinasi wisata biasanya mengalami peningkatan aktivitas.
Karena itu, ia mengajak para pelaku UMKM, pedagang, dan pengelola wisata di Pacitan untuk mempersiapkan diri sejak dini. Mulai dari meningkatkan kualitas layanan, menjaga kebersihan, memperkuat aspek keamanan, hingga berinovasi dalam produk dan promosi.
Ia berharap, meningkatnya aktivitas ekonomi selama Nataru tidak hanya dirasakan sesaat, tapi mampu menjadi pemicu kebangkitan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat.
Tekad dan Konsistensi Menentukan Hasil
Di akhir pernyataannya, Arif kembali menegaskan bahwa kemajuan hanya bisa diraih dengan tekad yang kuat dan konsistensi dalam bertindak. Tanpa itu, perubahan hanya akan berhenti pada wacana.
“Tekad yang kuat itulah yang akan menjadi penentu,” pungkasnya.
Ia berharap masyarakat Pacitan tidak hanya merayakan pergantian tahun secara simbolis, tetapi juga menjadikannya sebagai momentum refleksi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih adaptif.
DPRD Pacitan sendiri, lanjut Arif, berkomitmen terus mendorong kebijakan-kebijakan yang berpihak pada pertumbuhan ekonomi rakyat. Menurutnya, sinergi antara pemerintah daerah, legislatif, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci agar Pacitan mampu menatap masa depan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Bambang H Irwanto |