https://jatim.times.co.id/
Berita

Pilkada Surabaya, Mochtar W Oetomo Prediksi Bakal Muncul 3 Koalisi

Senin, 06 Mei 2024 - 14:58
Pilkada Surabaya, Mochtar W Oetomo Prediksi Bakal Muncul 3 Koalisi Direktur Utama SSC Mochtar W Oetomo, Senin (6/5/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, SURABAYAPilkada Surabaya 2024 berpotensi memanas. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi diketahui kembali berpasangan dengan Armuji. Sementara partai lain belum running.

Meskipun PDI Perjuangan masih merupakan partai dengan kekuatan simpul jaringan nomor wahid di kota ini, namun sejumlah pengamat memprediksi terjadi duel sengit elektoral.

Direktur Utama Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W Oetomo memandang bahwa tahun ini perjuangan duo incumbent itu akan penuh dinamika layaknya Pilkada 2020.

Kendati PDI Perjuangan dinilai masih akan dominan dalam perolehan suara. Karena sejak kepemimpinan Bambang DH, Risma dan Eri, pembangunan berjalan dengan baik dan mendapat respon positif dari masyarakat. 

Bahkan dari berbagai hasil survei, kata Mochtar, tingkat kepuasan masyarakat Surabaya terhadap kepemimpinan Eri-Armuji cukup bagus, rata-rata di angka sekitar 85-86 persen. 

Ia juga memastikan bahwa Eri dan pasangannya itu tak akan pecah kongsi setelah resmi mendaftar kemarin. PDI Perjuangan sendiri masih unggul sebagai satu-satunya partai yang bisa mengusung calon sendiri. Kecuali jika ada force major terkait hukum dan moral.

Namun demikian, ia melihat fenomena seperti Pilkada 2020, masih berpeluang besar kembali terjadi. 

"Di luar PDI Perjuangan, ada kemungkinan besar untuk kembali berkoalisi merapat menjadi satu untuk melawan dominasi PDI Perjuangan melalui Eri-Armuji," kata Mochtar, Senin (6/5/2024).

Mochtar menyebut nama-nama tokoh yang saat ini sudah muncul ke permukaan. Mulai Kader Golkar Bayu Airlangga.

"Misal untuk nama Bayu Airlangga sudah dilaunching oleh Golkar. Jika itu mendapat respon dari partai-partai lain, maka bukan hal yang tidak mungkin Pilkada Surabaya 2024 akan seperti 2020. Artinya, PDI Perjuangan akan dikeroyok oleh partai-partai politik yang lain," tandasnya.

Konstelasi politik juga berpeluang berkembang lebih dinamis dan variatif. "Misalnya Gerindra dan PKB juga mendapatkan peningkatan suara kursi di Surabaya. Jadi saya rasa mereka juga mulai berpikir untuk meramaikan kontestasi Pilkada Surabaya," ujarnya.

Dari PKB misalnya, ada nama tokoh kawakan - Ketua PKB Surabaya Musyafak Rouf. Dari Gerindra, ada nama Wakil Ketua Gerindra Jatim Hadi Dediansyah (Cak Dedi) dan Ketua DPC Gerindra Surabaya Cahyo Harjo Prakoso.

"Saya rasa keduanya memiliki potensi untuk maju dalam kontestasi Pilkada Surabaya. Jadi, bisa saja kemungkinannya akan ada dua koalisi PDI Perjuangan melawan keroyokan partai-partai lain. Atau sebaliknya justru akan ada tiga koalisi. Koalisi PDI Perjuangan, koalisi Golkar dan koalisi PKB dan Gerindra. Saya rasa masih akan dinamis karena pendaftaran masih lama," katanya.

Bisa saja tak jauh beda ketika Pilwali Surabaya 2020 silam. Tapi kemungkinan bursa berlangsung lebih keras karena cottail effect Pilpres juga pasti berdampak. Efek ekor jas kemenangan Gerindra dan partai koalisi di pusat dapat dimanfaatkan untuk membangun momentum politik daerah. 

"Sedikit banyak pasti akan berpengaruh, ketika sekarang Prabowo akan dilantik menjadi presiden, kemudian Gerindra menjadi partai penguasa, mereka tentu lebih memiliki peluang dan potensi untuk memainkan rule of the games serta potensi melakukan lobi-lobi politik dengan parpol lain," terang Mochtar.

Mochtar mengatakan, Gerindra Surabaya bisa secara maksimal memanfaatkan efek ekor jas dari keterpilihan Prabowo saat ini dan mendapatkan keuntungan elektoral ketika Pilkada maupun Pilgub 2024 November mendatang.

"Partai yang memiliki calon terutama capres, pasti akan mendapatkan coattail effect keuntungan elektoral dalam hal ini. Termasuk salah satunya adalah Gerindra," kata Mochtar. 

Dosen FISIB Universitas Trunojoyo ini menambahkan, efek ekor jas dapat dimaknai sebagai pengaruh figur dalam meningkatkan suara partai di Pemilu. Figur tersebut bisa berasal dari capres ataupun cawapres yang diusung. 

"Seperti 2019. Gerindra secara nasional jadi partai nomor dua kemudian di Jatim jadi partai nomor tiga. Itu juga tidak terlepas dari sosok Pak Prabowo yang berkontestasi di Pilpres 2019," jelasnya terkait peta persaingan di Pilkada Surabaya.(*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Irfan Anshori
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.