TIMES JATIM, BANTUL – Tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024 di Kabupaten Bantul mengalami penurunan dibandingkan pilkada sebelumnya.
Ketua KPU Bantul, Joko Santosa, mengungkapkan bahwa penurunan ini tidak hanya terjadi di Bantul, tetapi juga merupakan fenomena nasional.
"Kami menargetkan partisipasi sebesar 80 persen, tetapi tampaknya tidak tercapai. Namun, kami masih optimis angka partisipasi bisa di atas 70 persen. Berdasarkan data sementara, partisipasi saat ini diperkirakan mencapai 76 persen," ujar Joko kepada TIMES Indonesia, Jumat (29/11/2024).
Dibandingkan dengan pilkada sebelumnya, tingkat partisipasi di Bantul memang mengalami fluktuasi.
Pada Pilkada 2020, partisipasi mencapai 80,32 persen, meningkat signifikan meski dalam situasi pandemi COVID-19. Sementara itu, pada Pilkada 2015, partisipasi mencapai 75,33 persen, dan pada 2010 tercatat sebesar 72,69 persen.
"Jika dibandingkan Pilkada 2005 yang mencapai 76,52 persen, partisipasi tahun ini cenderung sama," tambah Joko.
Faktor Penyebab Penurunan Partisipasi
Joko menyoroti beberapa faktor yang diduga memengaruhi penurunan partisipasi, salah satunya adalah banyaknya pemilih yang bekerja di luar kota.
"Mungkin karena menjelang libur nasional Desember, banyak warga yang tidak pulang untuk memilih. Selain itu, faktor kandidat juga berpengaruh," jelasnya.
Ia juga mengkhawatirkan dampak isu hoaks di media sosial terkait pasangan calon (paslon) yang beredar di masyarakat. "Berita-berita tidak benar atau hoaks mengenai paslon membuat masyarakat enggan memilih," kata Joko.
Meski demikian, Joko menegaskan bahwa dibandingkan kabupaten dan kota lain di DIY, tingkat partisipasi Pilkada 2024 di Kabupaten Bantul masih tergolong tertinggi. "Kami berharap angka ini tetap menunjukkan tren positif setelah seluruh data masuk dari 17 kecamatan," tutupnya. (*)
Pewarta | : Edy Setyawan |
Editor | : Ronny Wicaksono |