TIMES JATIM, JOMBANG – Di tengah riuh kendaraan yang saling berebut lampu merah di perempatan Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang sekelompok anak muda berdiri berjejer sambil menggenggam kardus bertuliskan “Peduli Bencana Aceh & Sumatera”. Wajah mereka tampak lelah, tetapi semangat itu terus menyala.
Selasa (2/12/2025) siang itu, puluhan mahasiswa dari Institut Agama Islam Al Urwatul Wutsqo (IAI UW) Kabupaten Jombang turun ke jalan, melakukan aksi galang dana untuk para korban banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Aksi solidaritas tersebut digagas oleh dua organisasi kampus baik intra maupun ekstra yakni Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PK. PMII) KH. Ya’qub Husein Jombang dan Himpunan Mahasiswa (Hima) Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
Dua ketua organisasi, Rama Putra Yansa dari PMII dan Nisa Nurul Aini dari Hima MPI, menjadi motor penggerak terselenggaranya kegiatan kemanusiaan ini.
Sejak pukul 09.00 WIB, mahasiswa sudah berkumpul di halaman kampus. Mereka menyiapkan poster, kotak donasi, dan perlengkapan aksi. Tak sedikit yang membawa spidol, membuat tulisan-tulisan bernada empati. Ada yang bertuliskan “Doa Kami Bersamamu,” “Mereka Butuh Kita,” hingga “Ayo Bantu Saudara Kita.”
Begitu tiba di simpang pertigaan Ceweng, langkah kecil mereka langsung disambut suara klakson, asap kendaraan, dan lalu-lalang pengendara yang tak pernah berhenti. Namun, tidak ada raut ragu. Satu per satu mahasiswa berjalan mendekati pengendara saat lampu merah menyala, menundukkan badan dengan sopan sambil mengulurkan kotak donasi.
Beberapa pengendara membuka kaca mobil, menyerahkan lembaran uang. Sebagian pengendara motor menyelipkan recehan atau pecahan lima ribuan. Ada pula ibu-ibu penjual sayur yang berhenti sebentar, merogoh uang dari kantong apron sambil tersenyum kecil.
“Setiap rupiah sangat berarti,” ucap Rama Putra Yansa saat ditemui di sela-sela aksi, Selasa (2/12/2025).
Menurut Rama, aksi ini bukan sekadar pengumpulan dana, tetapi sebuah panggilan kemanusiaan yang tak mengenal jarak geografis.
“Kami di Jombang mungkin jauh dari Aceh atau Sumatera Barat. Tapi penderitaan mereka dekat di hati kami,” katanya.
Sementara itu, Ketua Hima MPI, Nisa Nurul Aini, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pendidikan sosial yang nyata bagi para mahasiswa.
“Mahasiswa harus memiliki kepekaan sosial. Ketika saudara kita tertimpa musibah, maka hati kita ikut tergerak. Ini adalah cara kami belajar menjadi manusia yang tak hanya cerdas, tetapi juga peduli,” ujarnya.
Nisa pun mengaku terharu melihat antusiasme masyarakat. “Ternyata banyak orang yang mau membantu. Meskipun kecil, kalau dilakukan bersama-sama, akan jadi besar,” tambahnya.
Cerita dari Lapangan: Peluh, Debu, dan Harapan
Terik matahari siang itu tak membuat para mahasiswa menyerah. Beberapa menarik napas panjang, menyeka keringat, lalu kembali berdiri tegak. Ada yang tetap tersenyum meski pipi mereka berdebu karena hembusan angin jalan raya.
Di antara keramaian itu, seorang mahasiswa perempuan tampak mencatat setiap donasi yang masuk. “Ini agar semuanya transparan,” katanya sambil terus menulis angka pada buku catatan lusuh yang ia bawa.
Tak hanya mahasiswa, beberapa siswa SMA yang melintas ikut memberikan donasi kecil-kecilan. “Walau sedikit, semoga bermanfaat,” ujar seorang pelajar sambil tersipu.
Dari Kota Santri untuk Negeri
Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah menimbulkan dampak besar: ribuan warga mengungsi, akses jalan rusak, dan banyak rumah hanyut tersapu air. Mahasiswa Jombang sadar bahwa bantuan logistik dan dana masih sangat dibutuhkan.
Karena itu, aksi penggalangan dana ini akan dilakukan beberapa hari ke depan. Semua hasil donasi akan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan yang terpercaya agar tepat sasaran.
Ketua PMII KH. Ya’qub Husein dan Ketua Hima MPI berharap gerakan kecil dari simpang Ceweng ini mampu membawa sedikit angin segar bagi para korban di Sumatera.
“Kami tidak bisa memperbaiki luka mereka secara langsung, tapi kami bisa membantu mengurangi beban mereka,” ujar Rama.
Di pertigaan lampu merah itu, para mahasiswa membuktikan bahwa kepedulian tidak harus menunggu kita menjadi orang besar. Ia bisa dimulai dari langkah sederhana: berdiri di tengah terik, mengetuk hati pengendara, dan mengulurkan tangan untuk mereka yang membutuhkan.
“Dan dari Jombang, kota yang dikenal sebagai Kota Santri senandung solidaritas itu terus mengalir, menembus pulau demi pulau, hingga ke Aceh dan Sumatera,” pungkas Rama. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mahasiswa IAI-UW Jombang Galang Donasi Kemanusiaan
| Pewarta | : Rohmadi |
| Editor | : Deasy Mayasari |