https://jatim.times.co.id/
Berita

Tradisi Nyekar Warga Bondowoso di Momen Idul Fitri, Begini Kata MUI

Senin, 31 Maret 2025 - 09:38
Tradisi Nyekar Warga Bondowoso di Momen Idul Fitri, Begini Kata MUI Ilustrasi ziarah kubur di momen Hari Raya Idul Fitri (FOTO: pixabay.com)

TIMES JATIM, BONDOWOSO – Ada banyak tradisi di dalam menyambut atau momen Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya adalah tradisi nyekar ke makam leluhur atau keluarga yang sudah meninggal dunia. 

Nyekar adalah istilah yang digunakan dalam tradisi ziarah kubur. Aktivitas nyekar ini biasanya dengan cara menaburkan bunga di atas makam.

Selain itu, peziarah biasanya juga membacakan doa untuk orang yang telah meninggal. Hal itu sebagai bentuk penghormatan dan harapan agar yang meninggal mendapatkan tempat yang laik di akhirat. 

Nyekar juga menjadi tradisi masyarakat Bondowoso saat momen Idul Fitri. Murut Hilmi, salah seorang warga Kecamatan Maesan, ziarah kubur biasanya dilakukan h-1 sebelum lebaran atau setelah salat Idul Fitri. 

“Biasanya membaca yasin, wiridan dan doa-doa untuk yang meninggal dunia. Harapannya agar almarhum atau almarhumah mendapatkan tempat terbaik,” kata dia. 

Menurutnya, tradisi nyekar di Momen Idul Fitri ini sudah turun temurun sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu. 

“Ini kan sebenarnya tradisi umat Islam terutama NU. Cuma momennya saja saat Idul Fitri. Di hari-hari biasa masyarakat juga berziarah kubur,” terang santri Mahfilud Duror tersebut. 

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bondowoso, KH Asy’ari Pasha menjelaskan, nyekar atau ziarah kubur itu intinya mengirimkan doa kepada orang yang meninggal dunia. 

Tradisi itu kata dia, kemudian menjadi tradisi menjelang lebaran. “Namun intinya sama dengan ziarah kubur pada hari bisa, mengirimkan doa,” jelas dia. 

Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Tholabah tersebut menjelaskan, memang terjadi perbedaan pendapat ulama soal ziarah kubur. 

Namun sebenarnya ziarah kubur itu dianjurkan, karena untuk menjadi pelajaran bagi yang masih hidup bahwa semuanya akan kembali ke tanah. 

“Sehingga peziarah diharapkan bisa sadar jika dirinya banyak dosa. Untuk itula ziarah kubur dianjurkan,” jelas dia. 

Memang awal mulanya lanjut dia, ziarah kubur itu dilarang. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW: “Saya melarang kalian ziarah kubur”. Sebab saat itu keimanan umat Islam belum kuat. 

“Tapi akhirnya diperintahkan untuk ziarah, karena peziarah bisa merefleksikan diri bahwa mereka akan meninggal dunia,” jelas ulama NU tersebut. (*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.