TIMES JATIM, PASURUAN – AQUA Keboncandi kembali menunjukkan perhatiannya terhadap konservasi sumber air. Kegiatan ini diwujudkan dengan menyerahkan 15.000 bibit pohon endemik di wilayah Desa Tosari Kabupaten Pasuruan.
AQUA Keboncandi bermitra dengan Yayasan Satu Daun melakukan penanaman bibit pohon cemara, mentigi, edelweiss dan kesek. Selain itu, beberapa jenis bibit pohon buah juga turut disumbangkan, seperti alpukat, matoa, cengkeh, pete, mangium dan kopi. Penyerahan bantuan berupa bibit pohon ini bertujuan menjaga ekosistem dan keseimbangan alam.
Tak hanya penanaman pohon, bantuan juga diwujudkan dalam pembuatan 10 buah sumur resapan biber (bijak berplastik) berbahan recycle plastik program konservasi air. Bantuan diberikan kepada Komunitas Bala Daun yang merupakan kelompok binaan sejak program konservasi masuk di wilayah Kecamatan Tosari serta di desa Jimbaran Kecamatan Puspo.
Penyerahan dan penanaman bibit pohon secara simbolis disaksikan Muspika Kecamatan Tosari dan Kepala Desa Tosari dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Penyerahan pondok edukasi konservasi, bibit pohon serta tanam pohon kepada kelompok binaan Bala Daun bertempat di Dusun Wonomerto Desa Tosari Kecamatan Tosari.
Kepala Pabrik AQUA Keboncandi, M. Fahroni menyampaikan salah satu wujud konservasi AQUA Keboncandi untuk menjaga kualitas dan kuantitas air adalah konservasi dengan menerapkan pendekatan ‘Hulu-Tengah-Hilir’.
“Giat ini bertujuan untuk menghijaukan kembali daerah yang menjadi sumber resapan air yang ada di recharge area (wilayah hulu) serta mengembalikan kebaikan alam yang telah kita nikmati selama ini,” ujarnya.
Diono, Direktur Yayasan Satu Daun menyampaikan salah satu cara pengelolaan sumber daya air adalah melalui konservasi. Konservasi air harus dilakukan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat dan sebanyak mungkin memasukkan air limpasan ke dalam tanah. Hal ini untuk menabung air dan juga mengurangi resiko banjir.
“Konservasi air sangat penting dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang makmur. Giat Manja ngerumat Bumi Tengger bermakna untuk mengajak menanam dan menjaga ekosistem di wilayah hulu baiknya dilakukan secara multistakeholder,” tegas Diono. (*)
Pewarta | : Robert Ardyan |
Editor | : Irfan Anshori |