https://jatim.times.co.id/
Berita

PT BSI Ajak Komite Mahasiswa Diaspora Banyuwangi Kenali Industri Tambang Emas dari Dekat

Selasa, 02 Desember 2025 - 18:12
PT BSI Ajak Komite Mahasiswa Diaspora Banyuwangi Kenali Industri Tambang Emas Komie Mahasiswa Diaspora Banyuwangi foto bersama di View Point tambang emas PT BSI. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Suasana semangat penuh penasaran tampak ketika rombongan Komite Mahasiswa Diaspora Banyuwangi memulai perjalanan mine tour alias safari keliling di kawasan tambang emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI).

Ya, kegiatan yang berlangsung pada Senin (1/12/2025) kemarin, ini menjadi kesempatan apik bagi para mahasiswa Banyuwangi yang kuliah di luar daerah untuk melihat langsung bagaimana industri tambang dikelola secara berkelanjutan di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur itu.

Setibanya di area tambang, para mahasiswa langsung merasakan ketatnya standar keselamatan. Identitas seluruh peserta dicek satu per satu sebelum mereka mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap berupa helm, kacamata, rompi, dan sepatu keselamatan.

Komie-Mahasiswa-Diaspora-Banyuwangi-b.jpgKomie Mahasiswa Diaspora Banyuwangi mendapat penjelasan dari Senior Manager Mining PT BSI, Rudi Fitrianto. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

Dapat Edukasi dan Pengenalan Perusahaan

Perjalanan diawali dengan sesi edukasi dan pengenalan tambang emas anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk ini di Auditorium Perak PT BSI. Di sini, mahasiswa disambut hangat oleh Compliance Department Manager PT BSI, Iwa Mulyawan, Senior Manager Mining, Rudi Fitrianto, Asset Protection Superintendent, Hadi Sunarto Wibowo, serta Communication Supervisor, Dian Septi.

Dalam sesi pengenalan perusahaan, Senior Manager Mining PT BSI, Rudi Fitrianto, memberikan gambaran umum mengenai operasi tambang emas.

Rudi memaparkan bahwa tambang emas Tumpang Pitu memiliki wilayah konsesi seluas 4.998 hektare, dan sekitar 1.115 hektare di antaranya telah dimanfaatkan sebagai area operasi.

“Target produksi kami tahun ini mencapai 85.000 ounce emas. Secara keseluruhan, ada sekitar 25 juta ton material movemnet, dengan 8,5 juta ton ore yang mengandung mineral di dalamnya,” terang Rudi di hadapan para mahasiswa.

Dijelaskan Rudi, kadar emas yang ditambang tak selalu tinggi, sehingga proses ekstraksi membutuhkan teknologi dan manajemen yang solid. Ore alias batuan atau mineral yang mengandung unsur berharga yang ditambang rata-rata memiliki kadar 0,45 gram per ton.

“Maka jangan membayangkan tambang menghasilkan jutaan ton emas begitu saja. Prosesnya panjang, penuh perhitungan, dan tentu saja mengutamakan keselamatan,” jelasnya.

Mengintip Operasi Tambang dari Ketinggian

Usai sesi pemaparan, rombongan bersiap menuju area operasional tambang. Dengan menggunakan bus khusus, mereka melintasi jalur berkelok khas kawasan tambang, sesekali berpapasan dengan truk-truk raksasa yang beroperasi, hingga akhirnya tiba di View Point yang berada di ketinggian 420 mdpl.

Begitu turun dari bus, decak kagum langsung terdengar. Hamparan laut biru membentang luas. Dan dari titik inilah, mahasiswa bisa melihat aktivitas tambang dari sudut pandang strategis.

Di View Point, Rudi kembali memberikan penjelasan teknis yang lebih detail. Tambang emas PT BSI memiliki tantangan unik karena lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman dan wisata. Karena itu, perusahaan wajib mematuhi standar ketat dalam Good Mining Practice alias kaidah penambangan yang baik dan bertanggung jawab.

“Kami memastikan vibrasi, debu, dan kebisingan tetap dalam batas aman. Bahkan vibrasi kami selalu berada di bawah 60 desibel pada jarak 500 hingga 600 meter,” tegasnya.

Menengok Reklamasi Progresif dan Teknologi Pengelolaan Air

Dari View Point, perjalanan berlanjut ke fasilitas Nursery, pusat pembibitan tanaman sebagai bagian dari komitmen reklamasi dan rehabilitasi lahan.

Di area Nursery, rombongan diajak melihat bagaimana PT BSI menjalankan reklamasi progresif, yakni upaya penanaman kembali yang dilakukan beriringan dengan kegiatan penambangan tanpa menunggu eksploitasi berakhir.

Komie-Mahasiswa-Diaspora-Banyuwangi-c.jpgKomie Mahasiswa Diaspora Banyuwangi melihat upaya reklamasi progresif tambang emas PT BSI. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

Berbagai jenis bibit disiapkan di lokasi ini, mulai dari tanaman lokal hingga Multi Purpose Tree Species (MPTS), dengan komposisi yang bahkan melampaui standar yang ditetapkan pemerintah.

Upaya tersebut menjadi bukti bahwa proses pemulihan lingkungan tidak menunggu tambang selesai beroperasi, melainkan dilakukan secara berkelanjutan.

Rangkaian tur berlanjut ke fasilitas pengelolaan air tambang di enam dam atau kolam raksasa. Di sini, mahasiswa diperkenalkan pada sistem pemantauan kualitas air yang terhubung secara real time ke Kementerian Lingkungan Hidup.

Setiap tetes air yang dilepas ke lingkungan harus melalui proses pengolahan ketat, mulai dari penyaringan, pengontrolan pH, hingga pemeriksaan kadar Total Suspended Solid (TSS).

Seluruh prosedur dilakukan untuk memastikan bahwa air yang mengalir ke sungai atau laut telah memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku.

Kunjungan yang Membuka Wawasan soal Tambang Berkelanjutan

Bagi Komite Mahasiswa Diaspora Banyuwangi, kunjungan ini terasa sangat berkesan. Selain menambah pengetahuan, mereka juga melihat secara langsung bagaimana sebuah tambang besar beroperasi, menjaga lingkungan, dan tetap berkomitmen pada keselamatan.

Koordinator Komite Mahasiswa Diaspora Banyuwangi, Mu’amar Rizal Fauzi, menilai banyak hal yang perlu disampaikan kepada publik, terutama soal upaya pemulihan lingkungan. Upaya reklamasi progresif yang dilakukan PT BSI menjadi salah satu hal yang paling menarik perhatian.

“Upaya reklamasi progresif itu keren. Mereka tidak menunggu proses penambangan selesai, tapi penanaman sudah dilakukan sejak awal. Ini bukti bahwa PT BSI memperhatikan dampak ekologis,” tuturnya.

Tak luput dari perhatian, Amar pun menyoroti sistem pengelolaan limbah air tambang. Pihaknya mengaku tak menyangka bahwa air yang keluar dari area tambang melewati proses ketat dan berlapis.

“Ternyata limbah itu nggak serta-merta dibuang ke laut atau sungai. Ada beberapa fase pengolahan, dan indikator kualitas airnya terhubung langsung ke Kementerian Lingkungan Hidup secara real time. Jadi, kami sangat berterima kasih bisa menelisik langsung aktivitas pertambangan di sini. Banyak yang bisa kami pelajari,” tutupnya. (*)

Pewarta : Muhamad Ikromil Aufa
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.