https://jatim.times.co.id/
Berita

Kisah Pedagang Kopi Online di Lereng Argopuro, Rela Turun Gunung Demi Cari Sinyal

Minggu, 28 Mei 2023 - 19:03
Kisah Pedagang Kopi Online di Lereng Argopuro, Rela Turun Gunung Demi Cari Sinyal Mas Boy, pengusaha kopi dari lereng Gunung Argopuro. (FOTO: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Menjadi pengusaha kopi online yang tinggal di daerah pegunungan dan susah sinyal, membuat Manis harus bekerja lebih keras. Tak jarang pria yang tinggal di lereng Gunung Argopuro ini harus rela turun gunung demi mencari sinyal dan mengantar pesanan.

Manis atau biasa dipanggil Mas Boy, merupakan warga Desa Guyangan, Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pria lulusan SLTP ini tinggal di lereng Gunung Argopuro yang mayoritas penduduknya memiliki lahan pertanian kopi.

Meski lingkungannya tergolong terpencil dan pelosok, namun Mas Boy tetap selalu berusaha untuk berpikir selangkah lebih maju dari lingkungannya. Dia selalu mengikuti perkembangan zaman melalui ponsel kecilnya

kopi-milik-Mas-Boy.jpgProduk kopi milik Mas Boy yang telah dipasarkan. (FOTO: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)

.Pada tahun 2020, Indonesia dilanda Pandemi Covid-19. Tak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar akibat penyakit menular tersebut. Tak terkecuali Mas Boy yang hanya menjadi petani kecil di desa terpencil.

Ia pun memutar otak untuk tetap bisa bertahan hidup dan menghasilkan uang dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. Lantas Mas Boy mulai memanfaatkan media sosial untuk menghasilkan cuan. Ia memulai dengan berjualan hasil tanam kopi di desanya.

Dia mengawalinya dengan membeli biji kopi mentah dari tangan para petani.  Kopi-kopi itu diproduksi menjadi bubuk untuk dijual melalui akun Instagram bernama Pustaka Kopi Mas Boy. Kopi itu dikemas dalam sebuah pack berukuran 250 gram. Kemasan produknya difoto dan diunggah ke akun media sosial tersebut.

Tak hanya itu, ia juga mencoba untuk menjual produknya di online shop Tokopedia. Ada 4 jenis kopi yang dijualnya, yaitu kopi robusta, arabika, liberika, ekselsa. Harga setiap kemasan dibandrol dengan harga Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu.

“Saya beli kopinya di petani kemudian saya proses sendiri sampai menjadi bubuk. Lalu bubuk itu saya kemas dalam kemasan 250 gram. Produknya saya foto dan diunggah ke Instagram dan Tokopedia,” ungkap Mas Boy.

Tempuh Jarak 10 Kilometer Cari Sinyal

Namun berbisnis online dari tempat terpencil dan susah sinyal membuat Mas Boy harus bekerja keras. Tak jarang dirinya turun gunung untuk mencari sinyal. Biasanya ia mendapatkan sinyal yang stabil di area kantor Kecamatan Krucil, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari kediamannya.

Biasanya ia mengendarai sepeda motor butut untuk menempuh jalan rusak agar bisa sampai di sekitar kecamatan dalam waktu singkat. Dengan begitu ia bisa membalas seluruh pesan yang masuk di ponselnya, termasuk pesanan pembeli melalui Tokopedia dan Instagram.

Setelah itu dia kembali pulang ke rumah untuk mengemas seluruh pesanan tersebut. Baru keesokan harinya dia datang kembali ke kecamatan untuk mencari sinyal sekaligus mengirim paket pesanan yang telah dikemasnya.

“Ya begitu setiap hari. Mau gimana lagi keadaannya demikian. Kalau tidak begitu pesanan tidak terkirim. Saya pun juga tidak bisa dapat uang. Itu masih mending, kalau hujan lebih ngeri lagi. Jatuh dan terpeleset itu rasanya sudah jadi bagian dari rutinitas,” kata dia.

Pinjam Modal untuk Penuhi Pesanan

Sempat pada tahun 2022 lalu, pesanan tiba-tiba membludak. Sedangkan stok kopi yang dimilikinya sangat terbatas. Sehingga ia harus membeli kopi lagi untuk memenuhi pesanan para pembelinya.

Sialnya Mas Boy kala itu tak cukup banyak modal untuk membeli kopi petani. Sehingga ia memberanikan diri untuk pinjam modal ke BRI melalui Kredit Usaha Rakyat. Besaran modal yang diterimanya senilai Rp 10 juta. Uang itu dia gunakan untuk membeli kopi petani.

“Saya pinjam modal untuk memenuhi kebutuhan. Soalnya petani disini juga kesusahan. Kasian kalau dihutangi lama. Sedangkan perputaran bisnis ini agak lama. Jadi saya harus berani untuk pinjam modal dulu saja,” jelasnya.

Usai pinjam modal itu, penghasilan bisnis dari perputaran uangnya cukup besar. Sehingga ia bisa membayar pinjaman modal itu dalam waktu 3 bulan saja. Bahkan ia pun bisa menabung dari sisa keuntungan penjualan kopinya.

Saat ini, penghasilan Mas Boy telah cukup tinggi, yaitu sekitar  Rp 3 juta perbulan dari penjualan kopi melalui online shop.  Bahkan ia juga telah memiliki rumah produksi di sekitar Kota Kraksaan. Agar pesanan bisa dikirim dengan cepat tanpa harus turun gunung.

“Sekarang aktivitas saya sudah banyak di Kota Kraksaan. Kalau habis saja saya balik ke desa untuk ambil barang. Setelah itu ke kota lagi. Di sana saya juga sudah dibantu teman. Jadi tidak setiap hari untuk turun gunung cari sinyal. Sudah lebih mudah sekarang,” pungkas Mas Boy pengusaha kopi asal lereng Gunung Argopuro, Kabupaten Probolinggo. (*)

Pewarta : Abdul Jalil
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.