https://jatim.times.co.id/
Berita

Bani, Guru Kesenian yang Belasan Tahun Mengajar di Daerah Terpencil Probolinggo 

Selasa, 11 Juli 2023 - 12:03
Bani, Guru Kesenian yang Belasan Tahun Mengajar di Daerah Terpencil Probolinggo  Lewat sanggar tari yang dibangun Bani Swarno, raih sejumlah prestasi mulai lokal hingga nasional. (Foto : Rizky Putra/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Inilah kisah Bani SwarnoGuru kesenian berusia 65 tahun asal Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Guru yang mengajar di SDN Ngepung, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo itu sudah belasan tahun mengajar kesenian di derah pelosok.

Bahkan ada beberapa sanggar tari yang ia dirikan. Selain bentuk pengabdian, hal itu dilakukan agar seni tradisional tidak luntur oleh zaman. Bagi Bani Swarno, kesenian adalah bagian budaya yang harus dilestarikan.

Guru dengan tampilan sederhana itu sangat populer di kalangan guru di Kecamatan Sukapura. Maklum saja pria kelahiran Madiun itu kini menjadi ketua Sanggar Tari Roro Anteng Joko Seger. Sanggar yang berada di Kecamatan Sukapura itu merupakan sanggar milik Korwil khusus untuk guru-guru. Lebih lagi untuk guru kesenian. 

Bani-Swarno.jpgBani Swarno saat mengajar di salah satu sekolah daerah terpencil di Probolinggo. (FOTO: Rizky Putra / TIMES Indonesia).

“Jadi biasanya jika ada tari-tari baru, saya diminta untuk datang mengikuti pelatihan. Kemudian hasilnya saya tularkan dan ajarkan kepada guru-guru se-Kecamatan Sukapura. Jadi latihannya di sanggar yang ada di Kecamatan Sukapura itu,” katanya.

Biasanya, lanjut Bani Swarno, para guru dilatih selama tiga hari. Selanjutnya dibuatkan event.

Perjalan Bani tentunya tidak semulus seperti yang dibayangkan. Saban hari Bani harus berangkat pukul 06.00 pagi dari rumahnya. Ia harus menempuh jarak puluhan kilometer dari rumahnya dengan waktu tempuh hampir satu jam.

“Saya aslinya Madiun. Kemudian saya ikut kakak dan ibu saya yang sudah merantau di Probolinggo. Pada tahun 1999 saya mengajar sebagai sukwan di SDN Tisnonegaran I. Selanjutnya ada pengangkatan ASN khusus masuk dalam program UNEJ, dan pada tahun 2000 saya diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di SDN Ngadirejo, Sukapura,” katanya.

Guru dua anak itu memang dari kecil suka sekali dengan tari tarian dan teater. Bahkan pada saat dia menjadi sukwan ia juga telah mengajar tari dan teater di SDN Tisnonegaran I. Sebab ia tak ingin budaya tari tradisional hilang begitu saja. 

“Setelah awal pindah ke Ngadirejo, banyak yang bilang jika lokasi itu terpencil dan saya tidak akan bisa berkembang (mengembangkan tari tarian tradisional) di sana. Hal itulah yang malah membuat saya tertantang dan ingin saya buktikan,” lanjutnya.

Awal mula menginjak tanah Ngadirejo, ia sangat dikejutkan dengan budaya Suku Tengger. Menurutnya budaya di Desa Ngadirejo pada tahun 2000 sangat kental. Bahkan, ketika ia mulai merintis untuk mengajarkan tari tarian, sejumlah alat tradisional yang digunakan, seperti gendang, kenong telok dan lainya itu masih diritualkan. 

“Jadi awalnya saya kaget, kok seperti ini. Tapi memang di daerah tengger ini budayanya kuat. Serta keinginan untuk belajar kesenian itu tinggi. Hal itulah yang membuat semangat saya ikut naik. Meski harus merintis dari awal. Saya tak masalah,” katanya.

Bahkan, ia juga mendirikan Sangar Tari Tanjung Laras yang ada di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Tongas. “Mulanya saya dikasih tau teman saya jika se-Kabupaten Probolinggo hanya SDN Tanjungrejo yang masuk wilayah binaan Pekan Tari Seni Pelajar (PTSP) sehingga saya rintis untuk sanggarnya,” tutur Bani.

Menurutnya, warga di Kecamatan Sukapura sangat kental dengan budayanya. Termasuk di SDN Ngepung yang mulai tahun 2009 lalu ia dipindah tugaskan di sana. Mereka menjunjung tinggi masalah kesenian. 

“Bahkan yang membuat saya terharu, sekitar tahun 2010 lalu mas. Ada  Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang dilakukan oleh Kabupaten Probolinggo,” tuturnya

“Karena anak-anak sehari sebelumnya harus sudah di bawah untuk menyesuaikan kondisi biar tidak merah-merah, para wali murid sampai iuran menyewa satu rumah dan masak sendiri. Hal inilah yang membuat saya terharu,” urainya.

Bagi Bani tak menjadi masalah jika saban harinya harus berangkat pagi dan pulang sore demi mengajarkan kesenian pada muridnya. Bahkan daerah pelosok atau daerah pegunungan yang jumlah muridnya terbatas tidak menjadikan mentalnya ciut. Ia telah buktikan lewat beberapa prestasinya.

Di antaranya pada tahun 2019, SDN Ngepung menjadi juara III FLS2N sebagai Penyaji terbaik Tingkat Jatim.  Tahun 2020, SDN Tanjungrejo menjadi juara 5 Penyaji terbaik Tingkat Jatim. Tahun 2021 SDN Nepung Juara 1 FLS2N Tingat kabupaten Probolinggo.

“Di SDN Ngepung ini siswanya dari kelas 1-6 ada sekitar 60-an mas. Selain itu perjalan ke lokasi dari rumah hampir satu jam. Jika berbicara lelah? Maka jelas lelah. Namun ini bukan perkara lelah atau tidaknya. Ini bentuk pengabdian saya selama saya masih diberikan umur,”

Ia tidak ingin, seiring berkembangnya zaman ini, tari tradisional dan juga teater ini mulai luntur. “Semoga apa yang saya lakukan ini mendapatkan nilai positif. Sehingga ketika saya meninggal nantinya, saya bisa berada di tempat yang baik (di sisi-Nya),” tutup guru kesenian di daerah terpencil Probolinggo ini.  (*)

Pewarta : Sri Hartini
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.