TIMES JATIM, PACITAN – Belum lama ditemukan sebuah situs makam bersejarah, tak lain merupakan sosok yang diyakini sebagai Ki Ageng Posong di Desa Semanten, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, tepatnya sebelah barat Masjid Baitul Millah.
Juru Kunci, Muhammad Nasyiin (47) mengungkapkan, sebelumnya, jika keberadaan situs makam ulama itu masih menjadi sebuah misteri melalui kisah dan cerita para sesepuh desa setempat. Lantas, dia meminta saran kepada Pengasuh Pondok Tremas, Arjosari, KH Fuad Habib Dimyathi sebelum akhirnya benar-benar ditemukan titiknya.
"Memang berawal dari cerita para sesepuh, bahwa sebelah Barat Masjid Semanten itu ada makam, namun belum tahu siapa gerangan yang disemayamkan di sana, kemudian disarankan KH Fuad untuk mencari keberadaannya," katanya, Kamis (5/1/2023).
Nasyiin menambahkan, proses pencarian makam kuno yang diyakini makam Ki Ageng Posong tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan sampai memakan waktu cukup lama, yakni sekitar tiga atau empat tahun.
"Kebetulan kemarin itu ada proyek di sebelah Barat masjid lalu kami meminta tolong melakukan pengerukan tanah dengan alat berat," imbuhnya.
Pengerukan sebidang tanah yang diyakini sebagai tempat persemayaman Ki Ageng Posong masa silam. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Keberadaan makam Ki Ageng Posong diperkuat dengan adanya cerita para sesepuh, namanya H Badri. Sewaktu kecil mengaku pernah diajak Mbah Abdullah untuk membersihkan area makam tersebut, era 1950 an. Mbah Abdullah sendiri merupakan putra Mbah Romli bin Mbah Merah Besari bin KH Abdul Manan Dipomenggolo.
"Dari situ, kemudian kalau dicocokkan dengan cerita yang saya dapat, akhirnya mulai dilakukan pencarian titik di mana keberadaan makam misterius tersebut, katanya di sebelah Barat pengimaman Masjid Semanten lama, sekitar 2-3 meter ke selatan," terang Nasyiin.
Batu Bata Merah Menjadi Tanda Keberadaan Makam Ki Ageng Posong
Sudah menjadi ciri khas makam atau kuburan kuno yang berusia ratusan tahun, jika diperhatikan hanya ditandai dengan batu rollag berupa bata merah. Namun sudah tidak utuh lantaran dimakan usia.
"Kan makam dulu dikasih kotak bata, sebagian sudah ikut dikeruk alat berat," ucapnya Nasyiin saat ditemui TIMES Indonesia di kediamanya.
Menurut cerita yang beredar, terdapat makam, namun secara spiritual ada yang bilang 7 dan lebih, wallahu a'lam. Ki Ageng Posong hidup sekitar tahun 1500 atau 1600an silam.
Ki Ageng Posong punya putra bernama Raden Setroyudo yang berputra Raden Dipomenggolo, nah dari sini lahir ki Ageng Bagus Darso atau lebih populer KH Abdul Manan.
"Makanya secara historis, itu tidak ada salahnya, kenapa KH Abdul Manan dahulu membangun pondok pesantren di sini, karena ada kasepuhan, jadi dekat dengan sesepuh KH Abdul Manan sebelum era Tremas," papar Nasyiin.
Perhatian Pemdes Semanten
Keberadaan makam Ki Ageng Posong diklaim mampu menambah situs sejarah selain Sarean Gede KH Abdul Manan. Oleh sebab itu situs tersebut menjadi perhatian khusus Pemdes Semanten.
Tampak KH Fuad Habib Dimyathi dan Pemdes Semanten tengah melakukan pencarian titik keberadaan makam Ki Ageng Posong beberapa waktu lalu. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Kepala Desa Semanten, Muhammad Syarifuddin Hidayat mengaku optimistis terhadap keberadaan situs sejarah Babat alas Pacitan, Ki Ageng Posong. Pihaknya mengawal mulai penemuan, pembangunan hingga finish yang berkenaan dengan renovasi hingga sarana dan prasarana.
"Ini kan juga menjadi sejarahnya Desa Semanten. Sementara ini kami juga menerima donatur selain memakai biaya dari desa," ujarnya.
Sebagai informasi, sejatinya Ki Ageng Posong diketahui bernama Ampok Boyo.
Kisah Singkat Kiprah Ki Ageng Posong di Pacitan
Jasa dan perjuangan Ki Ageng Posong adalah berdakwah tidak diragukan lagi. Pemdes Semanten berencana akan mengembangkan potensi situs makam bersejarah tersebut.
"Yang jelas untuk umum, wisata religi itu bukan tujuan utama, akan tetapi yang paling terpenting kita menghormati ketokohan Ki Ageng Posong, terutama jasanya yang memasukkan Islam di wilayah Pacitan," kata Syarifuddin menegaskan.
Sebagai upaya tindak lanjut pihak Pemdes Semanten siap untuk melakukan pengawalan agar pembangunan sarpras bisa segera terlaksana sehingga makam tersebut dapat diziarahi.
Ki Ageng Posong dikenal sebagai salah seorang tokoh penyebar Islam semasa Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Petung, yang mana mendapatkan amanat berupa tugas dari Batoro Katong untuk membabat alas Wengker Kidul.
Namun di tengah perjalanan menyebarkan Islam, mendapat penolakan dari tokoh yang masyhur dengan kesaktianya bernama Ki Buwono Keling yang sangat kental dengan ajaran prinsip dan keyakinannya sehingga alot saat diajak masuk Islam.
Ki Ageng Posong dikenal taat kepada ajaran Agama Islam, maka diyakini ada berkah di dalamnya. Segala macam upaya untuk menemukan makamnya pun dengan berbagai cara, seperti melalui jalur tirakat atau riyadhoh dengan ikhtiar dan semangat. "Ulama merupakan pewaris para Nabi," jelas Muhammad Syarifuddin Hidayat.
Kesaktian Ki Ageng Posong
Ketika situasi aman setelah menaklukkan Ki Buwono Keling ada kisah menarik dan unik antara Ki Ageng Posong dengan Ki Ageng Petung, yakni berebut siapa yang lebih dulu datang ke Wengker Kidul Pacitan.
Guna membuktikan siapa yang lebih lama tinggal, Ki Ageng Petung menunjukkan sebuah bambu kuning yang ditancapkan selama beberapa tahun tumbuh subur.
Tak kalah akal, maka Ki Ageng Posong meminta waktu kurang lebih dua bulan, sebagai tanda kesepakatan, dia mengundang Ki Ageng Petung untuk datang ke daerah Posong dan menjanjikan pemberian berupa kelapa muda.
"Akhirnya Ki Ageng Posong lari ke Ponorogo dengan waktu relatif singkat mengambil pohon kelapa tersebut kemudian ditanam di sekitar Posong sini," demikian kata Kades Semanten Muhammad Syarifuddin Hidayat yang bercerita kisah dan penemuan situs makam bersejarah sang babat alas Kabupaten Pacitan, Ki Ageng Posong. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |