TIMES JATIM, MALANG – Tidak banyak pemuda yang sudah disibukkan dengan aktivitasnya yang padat, namun masih mau peduli terhadap hal-hal positif di sekitarnya. Terlebih, itu harus dilakukan pada realita yang berlawanan arus dengan keinginan jamak, yang harus dihadapinya.
Di Kabupaten Malang, masih bisa ditemui pemuda yang punya kepedulian kuat terhadap kondisi yang bisa menjadi gejala masalah sosial. Seperti halnya, kegiatan negatif yang meresahkan di jalanan maupun kawasan permukiman, yakni balap liar.
Adalah Andika Fajar Kurniawan (30), pemuda asal Kelurahan Cepokomulyo, Kepanjen, Kabupaten Malang, salah satunya. Prihatin aksi balap liar yang terus marak, maka Andika pun berinisiatif mengubahnya, memindah balap liar di jalanan, jadi ajang Kanjuruhan Street Race (KSR).
Awal munculnya inisiatif Kanjuruhan Street Race ini, menurutnya terjadi pada 2023 lalu, bermula dari kejadian merugikan yang dialami sejumlah anak muda, akibat aksi balap liar. Tepatnya, terjadi di kawasan jalan protokol yang berada di luar Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Andika mengungkapkan, ia mencoba memulai ajang perdana mewadahi penghobi balap motor di dalam kawasan Stadion Kanjuruhan, dengan menempati lapangan parkir luar stadion, pada akhir Desember 2023.
"Kami sempat menggelar even di awal-awal mempertemukan komunitas penghobi sepeda motor. Alhamdulillah, selama even pertama sampai ketiga, respons masyarakat di medsos baik. Saya lihat komentarnya beberapa, terutama kalangan orang tua, juga pedagang depan Stadion Kanjuruhan, mereka senang," terang Andika, ditemui belum lama ini.
Respon dan apresiasi positif masyarakat ini menjadi motivasi tersendiri bagi Andika, selaku pemrakarsa Kanjuruhan Street Race. Untuk lebih memantapkan perubahan positif penghobi motor ini, maka ia memastikan lagi tidak ada balap liar saat malam pergantian baru, akhir 2023.
"Ini menjadi test case pertama, memastikan tidak ada balap liar saat malam tahun baru. Even KSR tetap kami gelar, dengan jaminan kepada pihak kepolisian. Jika ada balap liar, maka Saya yang bertanggung jawab," kenang Andika.
Menurutnya, memang butuh kerja keras dan pantauan ekstra untuk memastikannya. Yakni, dengan menerjunkan tim khusus yang mobile dan diam-diam, untuk memantau dan menyisir titik-titik lokasi yang sebelumnya jadi arena balap liar.
Komunitas penghobi motor yang suka menggelar aksi balap di jalanan ini, kata Andika, sebelumnya terbagi dua kelompok. Yakni, mereka berkumpul setiap malam Jumat di kawasan depan Stadion Kanjuruhan, dan pada setiap Sabtu di kawasan alur lingkar barat (jalibar), Kepanjen.
"Ternyata, aksi balap liar yang dikhawatirkan, tidak terjadi saat malam tahun baru. Komunitas penghobi motor mulai menyadari itu. Dan, ini menjadikan pihak kepolisian lebih percaya pada kami. Ajang KSR tiap Jumat malam disilahkan digelar rutin," kata Andika.
Sambutan positif masyarakat juga kepercayaan pihak kepolisian ini pula, yang selanjutnya menjadikan Andika Kurniawan mendapatkan penghargaan khusus dari Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana, pada 18 Maret 2024 lalu.
Penghargaan Kapolres Malang diberikan kepada Andika Fajar, juga Dony Setiawan, yang sama-sama pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) Kabupaten Malang, atas gagasan positif dan dedikasinya, yang diwujudkan Kanjuruhan Street Race (KSR).
Dengan ide KSR untuk mewadahi penyuka balap motor ini, cukup membantu kepolisian dalam upaya menghentikan maraknya balap liar yang selama ini meresahkan masyarakat. Kanjuruhan Street Race, diyakini dengan sendirinya bisa membasmi balap liar. Secara spesifik, hal dengan menyadarkan perilaku anak-anak muda agar tidak terjerumus aksi balap liar.
Lakukan Pendekatan Humanis
Kepada TIMES Indonesia, Andika Kurniawan menceritakan, awal-awal perjuangannya bersama tim lainnya, bisa mengubah praktik balap liar ini menjadi lebih terwadahi sampai sekarang.
Ia mengaku, butuh waktu beberapa pekan untuk bisa mendekati dan berkomunikasi dari hati ke hati kepada para penghobi motor yang suka balap ini. Ini biasa dilakukannya, dengn ikut nongkrong dan ngopi bareng bersama mereka, bergiliran.
Selama masa pendekatan komunikatif ini, kata kunci yang dipegang teguh Andika adalah harus dilakukan dengan dialog dan lebih humanis. Bukan sebaliknya, dilakukan secara kasar atau represif dengan mengusir atau membubarkan paksa, saat tindakan operasi aksi balap liar.
"Yang Saya dapati, mereka itu harus didekati dari hati ke hati, dengan lebih humanis. Kalau mereka diperlakukan keras dan kasar, malah cenderung melawan. Sengaja mengerjai petugas saat ada razia," bebernya.
Karena itu pula, selama memberi penyadaran dan melakukan pendekatan, Andika harus mengorbankan waktu khusus untuk duduk bersama mereka. Meski, hal itu harus dilakukannya hingga larut malam.
Jadi Ajang Edukasi dan Sportainment yang Berdampak Positif Lebih Luas
Andika Fajar mengungkapkan, apa yang sudah dilakukan bersama pegiat IMI Kabupaten Malang melalui Kanjuruhan Street Race, bukan sekadar menyalurkan hobi para penyuka balap. Lebih dari itu, menurutnya bisa menjadi sarana pembelajaran dan motivasi mereka untuk lebih profesional dan berprestasi nantinya.
"Sejauh ini, sudah ada 600 sampai 800 penghobi motor yang sudah pernah bergabung. Setiap mau turun arena, kami biasa lakukan briefing dulu, juga beberapa menit sebelum turun arena. Jadi, tidak asal bisa balapan," terang Andika, Selasa (12/11/2024) malam.
Melalui briefing ini, ia memotivasi peserta agar menjadikan ajang KSR sebagai bidang yang bisa lebih ditekuni hingga profesional dan berprestasi nantinya. Sedangkan, koleganya Dony, lebih memberikan mentoring teknis kesiapan balap yang baik, mulai pemula hingga level profesional.
Andika juga tidak menampik, ada dampak ekonomi dari event yang digelar IMI Kabupaten Malang dalam KSR tersebut. Menurut pengakuan sejumlah pedagang di area Stadion Kanjuruhan yang diterimanya, penghasilan mereka naik 100 persen setiap ajang balap KSR digelar.
Hingga saat ini Kanjuruhan Street Race sudah memasuki edisi ke-25, dan terus menjadi ajang hiburan olahraga atau sportainment penghobi motor. Peminatnya terus bertambah, bahkan beberapa kali diikuti komunitas motor dari daerah lain.
Diakuinya, meski butuh waktu, menjaga tren positif mengubah perilaku balap liar penghobi motor ini harus terus diseriusi. Jika tidak ada wadah menampung mereka, dikhawatirkan bisa menyebabkan kembali balap liar di jalanan.
"Tentu ini sangat positif. Dan, kami bersama penyuka balap motor juga berharap, ada respon dan dukungan positif pihak lain juga pemkab Malang. Terlebih, untuk ketersediaan fasilitas arena balap yang lebih representatif dan menghibur," harap Andika.
Sukses karena Jujur dan Profesional
Ada sisi penting dibalik suksesnya menyatukan penghobi motor dalam penyelenggaraan wadah Kanjuruhan Street Race. Menurut Andika, semua itu harus didasarkan pada sikap tanpa pamrih, jujur dan dilakukan secara profesional.
Bagi Andika, bersama koleganya, Dony Setiawan, membentuk ekosistem bagi penghobi motor dengan ajang KSR ini, sampai saat ini tetap didasari karena memang sama-sama penghobi motor, terlebih dirinya pada motor modifikasi.
"Karena memang hobi, jadi KSR ini orientasinya tidak untuk bisnis mencari profit. Karena, bisa mewadahi penyuka motor balam agar tidak balap liar sudah sangat senang. Beberapa kali even digelar, kami juga merugi," aku Andika.
Keteladanan dari koleganya, Dony, juga menjadi inspirasi tersendiri baginya. Terlebih, Dony sejatinya juga mantan pembalap liar, yang pertama kali pernah menggeber motornya di stadion Kanjuruhan.
"Jadi, Dony ini juga pelaku sejarah, pernah balap liar pertama kali di Kanjuruhan. Tetapi, ia akhirnya mau bergabung menjadi bagian KSR, dengan skill dan pengetahuanya tentang balap. Ini juga yang membuat anak-anak muda meneladaninya, meninggalkan balap liar," beber ayah dua anak ini.
Selain tidak mengutamakan profit, sikap personal yang ulet, jujur, dan tetap profesional, juga dijunjung tinggi dalam menangani Kanjuruhan Street Race. Seperti halnya, soal tertib tiket yang tidak boleh bocor atau disalahgunakan, juga disiplin peserta yang harus sama-sama menjaga, tidak boleh dalam pengaruh alkohol.
Tak kalah penting, menurutnya harus benar-benar diselenggarakan secara profesional. Selain untuk memastikan kegiatan sesuai standar, juga untuk meminimalisir segala bentuk resiko yang bisa merugikan.
Andika, yang tidak lain seorang ajudan kepala daerah, juga harus bisa membagi dan memosisikan diri dengan baik, di sela-sela aktivitasnya melayani pimpinan.
"Untuk soal akses dan kebutuhan fasilitasi penyelenggaraan KSR memang mudah. Tetapi, kita juga lebih mengedepankan profesional, tetap disiplin namun tidak harus mentang-mentang. Pengalaman razia balap liar jadi pelajaran bersama. Sehingga, nnak-anak muda penyuka motor ini tidak kembali ke dunia balap liar," ujar Andika Kurniawan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Andika Fajar Kurniawan, Sosok Inisiator Kanjuruhan Street Race
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |