TIMES JATIM, SURABAYA – RS William Booth Surabaya melalui surat Permohonannya memohon izin untuk melakukan penutupan sementara IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Menanggapi hal tersebut Ketua Persi (Persatuan Rumah Sakit Indonesia) Jawa Timur, dr. Dodi Anando mengatakan bahwa penutupan IGD RS William Booth adalah warning atau peringatan bahwa rumah sakit sedang kewalahan tangani kasus Covid-19.
"Dulunya saya selalu bilang harus jaga prokes. Kalau gak dijaga, bakal jadi masalah. Kalau nanti sama kayak RS William Booth, banyak yang terpapar IGD ditutup. Tapi tetap RS se Jatim komitmen rawat dan melayani," ujar dr. Dodo.
Dokter Dodo mengatakan bahwa saat ini rumah sakit Covid-19 di Jawa Timur sesuai dengan SK Gubernur ada 165 rumah sakit. Sementara di Surabaya sendiri ada 40 rumah sakit, 100 persen rumah sakit tersebut sudah full.
"Saya sudah mengimbau kepada RS seluruh Jawa Timur yang non rujukan itu siap juga membantu rumah sakit rujukan kalau pasien-pasien Covid-19 ini meningkat," ungkap Dodo.
Ketua Persi Jatim, Dodi Anando (Foto: dok. TIMES Indonesia)
Di Surabaya ada sebanyak 61 RS, yang tidak menjadi rujukan adalah 20 RS. Sementara 1 RS adalah RSIA.
"Kami sarankan supaya siap kecuali RSIA. Ada Permenkes RSIA ga bisa menerima pasien Covid-19," terangnya.
Kata dokter Dodo, Pasien Covid-19 tetap akan dicarikan rumah sakit rujukan hingga dapat. "Tapi kita harus mengutamakan mana yg lebih dulu," tutur dokter Dodo.
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini pasien Covid-19 yang paling dominan adalah dari klaster keluarga. Klaster selanjutnya adalah klaster kantor.
"Ini yang perlu saya minta keluarga kalau ada yang kena dan terpapar, langsung isoman. Ada aturannya," ucapnya terkait penutupan IGD RS William Booth Surabaya.
Pewarta | : Khusnul Hasana (MG-242) |
Editor | : Faizal R Arief |