https://jatim.times.co.id/
Berita

Keberadaan Permukiman Tanean Lanjhang di Bondowoso Sangat Minim

Kamis, 11 Maret 2021 - 16:53
Keberadaan Permukiman Tanean Lanjhang di Bondowoso Sangat Minim Salah satu rumah adat alias permukiman Tanean Lanjhang yang masih bertahan di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMES JATIM, BONDOWOSO – Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu wilayah Tapal Kuda yang menggunakan Bahasa Madura. Bahkan wilayah ini memiliki permukiman tradisional yang disebut Tanean Lanjhang.

Kultur Madura yang kental itu tak lepas dari sejarah bahwa area Bondowoso dibabat Raden Bagus Asra, anak Demang Walikromo pada masa pemerintahan di bawah panembahan Adikoro IV, Tjakraningrat Bangkalan Madura.

Tanean Lanjhang sendiri adalah permukiman tradisional Madura yakni suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluarga-keluarga yang mengikatnya.

Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun. Sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. 

Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah atau dihuni sepuluh keluarga. Yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung merupakan ciri khas dari kelompok ini.

Di Bondowoso rumah Tanean Lanjhang sudah mulai minim. Namun ada beberapa warga yang masih mempertahankan. Salah satunya Andri Mustofa. Bahkan warga Desa Ramban Kulon, Kecamatan Cermee itu berkeinginan untuk dijadikan sebagai salah satu objek eduwisata.

Menurutnya, secara alamiah dia bersama keluarga tinggal di rumah-rumah adat seperti itu. "Bahkan waktu ibu bapak saya kecil dulu memang sudah seperti ini. Apalagi orang dulu itu kan membangun sesuai dengan filosofi tersendiri," paparnya.

Rumah-Adat-2.jpg

Dalam pemukiman tersebut kata dia, semuanya masih satu keluarga. Mengikat satu sama lain. Terdiri dari orang tua, anak, cucu dan seterusnya. “Memang ini satu keluarga ya," imbuhnya.

Namun demikian, ada beberapa perbedaan antara rumah adat Madura dan rumah Jawa. Meski keduanya sama-sama menggunakan kayu sebagai bahan utama. "Tapi secara arsitekturalnya berbeda. Hal itu juga memiliki makna tersendiri sesuai dengan keadaan masyarakatnya," jelasnya.

Perbedaan paling mencolok dari rumah adat adalah penempatan ruang tamu. Kalau orang Madura ruang tamunya di luar. Sedangkan orang Jawa ruang tamunya di dalam. 

"Itu salah satu perbedaannya dari sisi konstruksi rumahnya. Secara filolofis hal tersebut bermakna bahwa orang Madura cenderung ekstrovet alias terbuka sementara orang Jawa cenderung introvet atau tertutup," paparnya.

Menurutnya, meski rumah-rumah di tempatnya sudah direnovasi, tetapi masih mempertahankan keasliannya. Selain posisi rumah yang tidak berubah, dirinya juga mempertahankan material bangunannya tetap menggunakan kayu jati.

"Selain mempertahankan kondisi fisik dari Tanian Lanjhang. Kami juga mencoba mempertahankan budaya serta ritual dari orang-orang yang tinggal di rumah tersebut," jelasnya. 

Mengingat kata dia, sudah jarang bahkan tidak dijumpai di Bondowoso selain di kediamannya. Mungkin rumahnya masih ada. Tetapi yang masih mempertahankan adat, tradisi dan kebiasaannya, mungkin hanya tinggal dirinya.

Ke depan, ada wacana untuk membuat satu rumah yang akan dijadikan sebagi tempat wisata rumah adat. Lengkap dengan peralatan zaman dahulu.

"Kami ingin tetap menjaga rumah adat tersebut tetap ada. Serta sebagai wahana edukasi terkait permukiman Tanean Lanjhang di Kabupaten Bondowoso," tegas alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu. (*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.