https://jatim.times.co.id/
Berita

Zero Waste Olahan Lele, Sebuah Cerita Kebangkitan Ekonomi dari Pesantren Mojokerto

Jumat, 30 Desember 2022 - 20:14
Zero Waste Olahan Lele, Sebuah Cerita Kebangkitan Ekonomi dari Pesantren Mojokerto Pengasuh Pondok Pesantren Baitus Surur, Gus Chairul pada saat menunjukkan hasil budidaya ikan lele miliknya. (FOTO: Dok. Yu Kaji for TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MOJOKERTO – Chairul Wahyudi (54) nampak repot sambil memandangi kecap lele produk barunya. Produk baru itu tengah dalam proses kurasi. Peningkatan standar mutu produk. Rupanya sebuah kerjasama baru dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) University.  

Kecap lele miliknya menjadi produk baru dari bisnisnya. Gus Chairul, sapaannya memang lama dikenal sebagai pembudidaya ikan lele dengan produk Abon Lele merk Yu Kaji. Sebuah produk olahan ikan lele zero waste di Kabupaten Mojokerto.

Daging, dan tulang diolah menjadi abon. Kulit ikan lele diolah menjadi kerupuk. Kepala ikan lele diolah jadi kecap. Dikemas menarik dan kini sukses menyasar pasar Jawa Timur dan Luar Jawa.

Produk itu merupakan hasil sebuah usaha dengan basis kemandirian ekonomi pondok pesantren. Baitus Surur nama pesantrennya. Pesantren kecil yang menampung anak-anak dari tingkat Paud, RA/TK, dan MI. Pondok yang beralamatkan di Jl. Duku, no. 22, Brangkal, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto itu dikhususkan untuk santri dhuafa (fakir miskin) dan santri yatim. 

Pesantren ini menggratiskan biaya pendidikan di dalamnya hingga lulus. Pondok ini memiliki usaha budidaya ikan lele dilengkapi fasilitas 12 kolam ikan berdiameter 5 meter. Mampu menghasilkan 1,3-1,5 ton lele sekali panen. Uniknya, wali santri (orang tua santri red) menjadi karyawan dalam usaha ini. 

Berawal dari Tantangan 2018

Penyelenggara unit pendidikan Pesantren yang menggratiskan pendidikan di dalamnya, menjadi tantangan tersendiri bagi Gus Chairul. Keseharian sibuk mengajar di Pesantren, tanpa memiliki latar belakang pebisnis maupun pengusaha. Ketika santriwan dan santriwati mulai banyak mengenyam pendidikan di pesantrennya, biaya operasional pesantren pun kian lama kian membengkak. Kondisi itu yang menjadikan Gus Choirul merintis usaha budidaya ikan lele.

Olahan-Lele-2.jpgAbon Lele merk Yu Kaji yang merupakan hasil olahan lele zero waste khas Ponpes Baitus Surur. (FOTO: Dok. Yu Kaji for TIMES Indonesia)

"Dari nol karena kita tidak mengerti budidaya. Karena memang kebutuhan ekonomi, kebetulan kita mengayomi santri-santri dhuafa dan anak yatim yang butuh biaya, maka itu yang kita kembangkan," ungkap Gus Chairul kepada TIMES Indonesia, Jumat (30/12/2022).

Awal merintis, Gus Chairul rugi Rp 8 juta setiap bulannya. Modal Rp 20 juta, kembali Rp 12 juta. Usaha bersama dengan masyarakat sekitar. Kondisi ini tercipta lantaran masyarakat disana masih melihat bisnis itu yang penting dapat uang, tidak peduli untung rugi. Kondisi ini berlangsung selama berbulan-bulan. Hal itu menyadarkan Gus Chairul untuk merintis usaha secara mandiri. 

"Dari awal kita budidaya pembesaran. Memilih lele ini karena pertama, lele itu ikon Indonesia. Kedua, pembudidaya ikan lele itu mayoritas orang Indonesia," terangnya.

Gus Chairul fokus terhadap pembesaran ikan lele dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tersendiri. Lele yang dibesarkannya itu mencapai 6-7 kilogram per ekornya. Benar saja, awal 2019 bisnisnya mulai merangkak. Tanpa keuntungan, tanpa kerugian. Biaya produksi Rp 20 juta, balik modal Rp 20 juta. Kondisi itu berlangsung hingga Agustus 2019.

"Agustus 2019 dibidik Astra. Katanya lelenya berbeda. Dari situ kita diminta untuk membuat olahan abon lele. Waktu itu Astra berkegiatan di Gunungkidul, Yogyakarta. Karena saya bawa lelenya besar-besar," jelasnya.

"Astra tidak percaya bahwa lele yang semakin besar, semakin keluar rasanya," sambungnya.

Dari sanalah tercetus ide membuat abon lele. 2019 akhir pameran di Jombang, Jawa Timur. Abon lele miliknya belum punya merk. Hanya kemasan plastik, polos, dan tidak menarik. "Dari pameran itu menyadarkan saya untuk membuat brand sendiri," terang Gus Choirul.

Brand Iseng

Brand merk Abon Lele Gus Chairul, adalah Yu Kaji. Rupanya, nama itu diambil dari hal yang sangat tidak terduga. Nama panggilan akrab istrinya, Nurul Muttafiqoh (52) sehari-hari. Yu dalam istilah bahasa Jawa berarti panggilan untuk kakak perempuan. Kaji dalam istilah bahasa Jawa adalah panggilan terhadap seseorang yang telah menunaikan ibadah haji. Nama Yu Kaji ini diambil karena unsur keisengan belaka.

"Sebenarnya bikin brand itu iseng saja, karena istri kan dipanggil yu kaji kalau oleh keluarga dan pengajar di pesantren, saya dengar kok enak," ungkap Gus Chairul mengkisahkan sembari tertawa tipis.

"Lho, itu kan bisa jadi brand, saya coba daftarkan di Kemenkumham dan ternyata kosong, kemudian kita ambil, maka kemudian muncul hak paten merk milik kita," sambungnya.

Persiapkan Kebutuhan Ekspor 

Gus Chairul kini tengah mempersiapkan produknya untuk ekspor di berbagai belahan negara. Produk Abon Lele merk Yu Kaji miliknya telah memiliki berbagai macam lisensi. Diantaranya adalah hak merek, NIB, Halal, PIRT, ISO license, dan sebagainya. 

Produk miliknya telah kini telah memiliki izin PIRT dengan nomor 7023516011045-24 dan halal nomor ID35110000025841120. Serta sertifikasi ISO 9001:2015 dan telah lolos uji cemaran logam, S. Aureus dan Salmonella.

Produknya sendiri telah sukses menjuarai berbagai ajang baik wilayah maupun nasional. Mulai dari OPOP Award 2021 kategori small business, juara 1 Desa Sejahtera Astra (DSA) 2021 kategori kelautan dan perikanan tangkap.

Modal ini tinggal selangkah lagi untuk bisa menembus pasar global. Yakni, memiliki rumah produksi sendiri. Pasalnya selama ini produksi abon lele miliknya bertempat di kediaman pribadi.

Produk Abon Lele Yu Kaji sendiri dibandrol dengan harga Rp 18 - 35 ribu. Terdapat beberapa kemasan mulai dari 50 gr dan 100 gr. Dari 20 kg ikan lele mampu menghasilkan 4 kg abon lele. 

"Saat ini alat produksi yang kami miliki, mesin penggorengan 2 buah, mesin spinner 2 buah, mesin oven 2 buah besar dan kecil, mesin pencacah 1 buah," ungkap Gus Chairul.

Kala pandemi, Abon Lele miliknya telah langganan dipesan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar parawansa di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. 200 pcs perbulan. Sasar pasar Jawa Timur hingga ke luar pulau Jawa. (*)

Pewarta : Thaoqid Nur Hidayat
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.