TIMES JATIM, LAMONGAN – Empat siswa berbakat dari Lamongan berkesempatan untuk menghadiri puncak ajang bergengsi Tech Kids Grand Prix ASEAN 2024 yang digelar di Marina Bay Sands, Singapura.
Lomba pemrograman (coding) internasional ini diadakan oleh perusahaan teknologi asal Jepang, Sprix, bersama mitra-mitranya. Kehadiran mereka membawa harapan besar bagi masa depan pendidikan coding di Indonesia, khususnya di Lamongan.
Tech Kids Grand Prix ASEAN 2024 berlangsung di ruang Orchid Junior lantai 4 Marina Bay Sands, Jumat (8/11/2024) kemarin. Acara ini diikuti oleh finalis dari berbagai negara ASEAN, termasuk Indonesia, Singapura, Thailand, Bangladesh, Malaysia, dan Filipina.
Setiap finalis diberi waktu 10 menit untuk mempresentasikan karya aplikasi atau game yang mereka kembangkan di hadapan lima juri, salah satunya adalah Daisuke Yasuoka, Direktur Global Marketing Sprix, Tokyo.
Empat siswa Lamongan yang diundang adalah Muhammad Gustav Revan kelas IX SMP Negeri 1 Lamongan, Erine Ayudia Prithadevy kelas VI SD Negeri IV Made, Ali Hisyam Ahmad kelas IV SD Sekolah Alam Citra Insani dan Sayyidatuz Zaskiyah Ad'ifah kelas V MI Murni Sunan Drajat.
Mereka terpilih untuk menyaksikan puncak acara secara langsung kompetisi tersebut sebagai langkah awal dalam mengenal dunia coding.
Direktur Sprix Office Indonesia, Koji Ueda, menjelaskan bahwa meski tahun ini siswa Lamongan hanya ikut menyaksikan, diharapkan tahun depan mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kompetisi coding tersebut.
"Tahun depan, semoga ada perwakilan dari Lamongan yang bisa berkompetisi di tingkat ASEAN dan mengharumkan nama Indonesia di ajang coding ini," ujar Koji, Sabtu (9/11/2024).
Di antara empat siswa, Ali Hisyam Ahmad yang sudah mempelajari dasar-dasar coding di sekolahnya, merasa kagum dengan karya peserta dari negara lain.
“Ada yang buat aplikasi Doctor AI untuk membantu rumah sakit, ada juga yang buat game seru seperti yang biasa aku buat di sekolah. Ada yang bisa membuat aplikasi MyCoin. Cuma, mereka ngomongnya pakai bahasa Inggris, jadi aku tidak semua paham,” kata Ali.
Muhammad Gustav Revan yang juga sudah mengenal coding di sekolahnya berharap Lamongan segera mengadakan lomba coding serupa untuk tingkat SD dan SMP.
“Kalau ada lomba seperti ini di Lamongan, pasti banyak yang ikut, walau coding belum diajarkan di sekolah,” ucap Revan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan, Chusnu Yuli Setyo, yang turut hadir bersama Kabid Pendidikan SD, Imamaturokiin, melihat ajang ini sebagai peluang untuk memperkenalkan coding di sekolah-sekolah Lamongan.
“Lamongan harus berani memulai pelajaran coding secara serentak tahun depan. Jangan sampai kita ketinggalan dengan negara-negara lain,” ujar Chusnu.
Chusnu menambahkan, kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dimiliki anak-anak ini sangat luar biasa. Contohnya, Payton, siswa 9 tahun SD Phudis Jearjes dakul, Bangkok Thailand yang menciptakan game untuk membantu neneknya mencegah dimensia
"Payton membuat game mencocokkan gambar dan foto keluarga. Game ini dianggap mempunyai visi ke depan yang bisa dikembangkan untuk orang dimensia (pikun) dan kena strok. Karena idenya, Payton mendapat penghargaan kategori Vision Award," katanya.
Ke depan, Chusnu menuturkan, Dinas Pendidikan Lamongan akan membentuk tim kecil untuk menyusun rancangan pembelajaran coding bagi siswa di Kota Soto.
"Kami berharap ini bisa antarkan siswa Lamongan berkompetisi di ajang internasional, seperti Tech Kids Grand Prix ASEAN tahun depan, atau bahkan ke Tokyo, Jepang, jika berhasil meraih prestasi tinggi," ucap Chusnu, Sekretaris Dinas Pendidikan Lamongan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Empat Siswa Lamongan Tampil di Tech Kids Grand Prix ASEAN 2024
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |