TIMES JATIM, MALANG – Lapangan parkir Stadion Kanjuruhan di Kepanjen Kabupaten Malang menjadi pusat perhatian pengunjung, dengan berbagai penampilan peserta tari Bantengan Malang, Sabtu (9/11/203/24) malam.
Tak sekadar gerakan tari, atraksi kreatif penari bantengan ini secara bergantian dibawakan begitu apik tiap tim peserta lomba Bantengan. Lomba Bantengan bertema Gedruk Kanjuruhan ini digelar bersamaan Pasar Rakyat Pemuda Explore KNPI Kabupaten Malang, sehingga menjadi tontonan menarik pengunjung yang datang sejak sore.
Panitia lomba Bantengan Gedruk Kanjuruhan, Manun Tsaqifah mengatakan, ajang penampilan atraktif Bantengan ini diikuti beberapa tim peserta dari Kabupaten Malang. Ajang lomba Bantengan ini digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (9-10/11/1/2024), di area Pasar Rakyat dekat panggung utama.
Setiap penampilan tim peserta diberi waktu 30 menit, dan dinilai tim juri terdiri dari 3 orang. Ajang lomba ini juga memperebutkan Piala Ketua KNPI dan Kadispora Kabupaten Malang, serta hadiah uang pembinaan bagi tim terbaik Juara 1, 2, dan 3.
Salah satu tim juri lomba Bantengan, Gus Mamat menyatakan, setiap penilaian tim peserta dilihat terutama pada penampilan gerakan tari bantengan sesuai pakem aslinya.
"Kami dari tim juri memberikan penilaian penampilan peserta pada (keaslian);pakem gerakan tariannya. Kedua kreasinya, termasuk, wirogo, wiroso, dan wiromo," terang Gus Memet, ditemui di lokasi acara, di Kanjuruhan.
Tim juri tidak melihat berapa jumlah partisipan peserta lombanya. Selain waktu penyelenggaraannya yang terbatas, terpenting baginya bisa menunjukkan kepada masyarakat tari bantengan dengan pakem semestinya.
"Penampilan atraksi Bantengan yang sesuai aslinya ini, targetnya memang agar kesenian tari Bantengan ini tidak keluar jalur dan tetap sesuai pakem. Jadi, peserta juga kita arahkan, baik saat technical meeting maupun setelah tampil hari ini, " jelasnya.
Terlebih, ini mengingat Kabupaten Malang punya kesenian Bantengan dengan jumlah kelompok seniman yang terus tumbuh dan semakin digemari masyarakat sehingga, harus tetap diarahkan dan diluruskan agar tidak sesuai pakemnya.
Penampilan dari gerakan tari bantengan sendiri, menurutnya tetap punya alur cerita, yang diwujudkan melalui setiap adegan gerakan yang dibawakan penarinya.
Beberapa kelompok seni bantengan peseta yang sudah turun tampil sendiri, seperti dari kecamatan Tumpang, Pagelaran dan Wonosari. Salah satunya, kelompok seni bantengan Satrio Tunggul Wulung, dari Desa Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Tampil dengan 20 anggota tim, atraksi bantengan yang ditampilkan grup Satrio Tunggul Wulung ini mengusung konsep tari bantengan lawasan atau bantengan Malangan sesuai pakem asalnya.
Terdiri dari pemain lima banteng, dilengkapi pemain untuk atraksi pencak silat, penari bedesan (monyet) dan macanan.
"Dangan ajang ini, kami sangat berterima kasih, ya, karena ini bisa mewadahi sekaligus memfasilitasi kelompok seni bantengan untuk eksis dan bisa berkembang. Terlebih, untuk grup bantengan seperti kami yang baru berdiri 2023 lalu, masih kurang jam terbang," terang Yudha Diana, sebagai wakil ketua kelompok bantengan Satrio Tunggul Wulung.
Selain agar bisa lebih menggali dan belajar kesenian bantengan asli Malangan dengan pakem gerakannya, kata Yudha, keikutsertaan pada event bantengan di Kanjuruhan ini, juga untuk nguri-nguri seni budaya bantengan Malang. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |