https://jatim.times.co.id/
Berita

Dubes Tantowi Yahya Beberkan Cara Selandia Baru Berhasil jadi Hollywood Kedua

Jumat, 26 Maret 2021 - 22:48
Dubes Tantowi Yahya Beberkan Cara Selandia Baru Berhasil jadi Hollywood Kedua Kru film 18 KM, salah satu film Indonesia yang mengangkat kearifan lokal dan potensi daerah. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, SURABAYA – Dubes Indonesia untuk Selandia Baru (New Zealand) Tantowi Yahya membeberkan cara Selandia Baru dalam mengelola industri kreatif hingga maju pesat. Sampai-sampai negara tersebut mendapatkan julukan  sebagai 'Hollywood kedua' setelah Amerika Serikat.

"Tidak ada yang tahu, kalau Selandia Baru itu menyandarkan ekonominya pada industri kreatif," kata Tantowi saat menjadi narasumber dalam webinar Scale Up Industri Kreatif.

Menurut Tantowi, perekonomian Selandia memang tidak hanya ditopang sektor industri kreatif saja. Tapi juga sektor pertanian dan peternakan, serta pariwisata yang memberikan kontribusi paling besar bagi perekonomian Selandia Baru.

Tantowi Yahya

"Namun industri kreatif ini, semakin lama memberikan kontribusi semakin besar pada perekonomian Selandia baru," katanya.

Dubes Tantowi Yahya mengungkapkan film-film box office Hollywood seperti Lord of The Ring, The Hobbit, Iron Man, Tin Tin dan lain-lain diproduksi di Selandia Baru.

"Film tersebut adalah produksi Selandia baru. Jadi di Wellington itu ada pusat perfilman dan selama 10 tahun terakhir disebut Hollywood terbesar kedua di luar Amerika," jelasnya.

Studio-studio di Selandia Baru selain memproduksi film-film box office juga memproduksi film kolosal. Serta menjadi gudang post production pembuatan animasi dan efek-efek film tingkat tinggi. Post production atau pasca produksi adalah salah satu tahap dari proses pembuatan film.

"Industri kreatif telah menghasilkan ratusan juta dollar bagi perekomomian negeri kecil ini," katanya.

Selandia Baru diketahui menjadi yang terbaik dalam industri kreatif ini karena menjalin aliansi global dengan banyak negara. Mereka menarik sumber daya manusia dari berbagai negara termasuk dari Indonesia untuk didik dijadikan tulang punggung (backbone) di Selandia Baru.

"Banyak orang Indonesia yang bekerja di sini. Anak-anak muda kita menjadi tenaga andalan untuk membuat film box office. Jadi kalau nonton film Hollywood sepertii Iron Man, The Hobbit ada sentuhan tangan anak-anak Indonesia. Bayarannya mahal," papar Tantowi.

Selandia Baru juga menjalin aliansi global dengan Hongkong dan China dalam memproduksi film kolosal legenda kerajaan China ratusan tahun lalu.

"Film tersebut tidak hanya sukses di Hongkong dan China saja, tapi juga di seluruh dunia. Aliansi-aliansi ini kata kunci dari survival industri kreatif," tegas Dubes Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menekankan perlunya kolaborasi untuk memajukan industri kreatif Indonesia. Sehingga dapat menjadi backbone atau tulang punggung ekonomi nasional.

Tantowi Yahya dan ANis Matta

"Industri film misalnya bisa berkolaborasi dengan Neflix atau Disney. Lalu, musik kolaborasi dengan musisi-musisi global untuk mendukung pengembangan pariwisata, misalnya," kata Anis Matta.

Aliansi global, menurutnya diperlukan untuk meningkatkan kualitas industri kreatif di tanah air. Jepang dan Korea, kata Anis, telah menjadikan industri kreatif sebagai penumpang ekonomi makronya, selain teknologi.

"Industri kreatif di Jepang dan Korea, apakah mereka bisa berkembang sendiri, tentu tidak. Ada campur tangan dari Amerika yang menjadikan sekutu mereka di kawasan Asia Pasific,  bersama Taiwan. Sehingga ada investasi, transfer teknologi dan market," katanya.

Maka, Indonesia sebagai pemimpin ASEAN dan kekuatan utama di dunia Islam bisa melakukan aliansi global baik dengan Amerika Serikat maupun China, yang saat ini menjadi kekuatan global selain Rusia.

"Tapi kita belum pandai menempatkan diri seperti Jepang dan Korea. Amerika dan China itu butuh Indonesia, sehingga butuh kelincahan dalam politik agar tidak menjadi outsider," katanya.

Anis menegaskan jika Indonesia masuk dalam aliansi global tersebut dan menjadi pemain global. Maka dalam skala makronya bisa menjadikan industri kreatif sebagai tulang punggung perekonomiam.

"Baru setelah itu skala mikronya. Kita bisa men-scale up (berkembang menjadi perusahaan besar, red) industri kreatif ini lebih cepat tumbuh dengan dikasih infrastuktur, finance, edukasi dan market," tutupnya dalam kesempatan webinar bersama Dubes Indonesia untuk Selandia Baru (New Zealand) Tantowi Yahya dalam pengelolaan industri kreatif. (*)

Pewarta : Ammar Ramzi (MG-235)
Editor : Irfan Anshori
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.