TIMES JATIM, BANYUWANGI – Langit Banyuwangi seolah ikut berkabung, memayungi duka mendalam yang kini menyelimuti dua pasang mata polos di Belimbing, RT 02, RW 04, Kelurahan Lateng, Banyuwangi, Jawa Timur.
Zulfa Eliza Destavianus (13) dan adiknya, Tirsya Ayudia Septavianus (4), kini harus menelan pil pahit kehidupan yang begitu getir. Belum genap setahun ayah mereka berpulang, kini sang ibu, Elok Rumantini (34), juga pergi untuk selamanya, menjadi salah satu korban tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali, Rabu 2 Juli 2025 Malam.
Elok dikenal sebagai sosok ibu tunggal yang gigih, adalah tulang punggung keluarga kecil itu. Setelah suaminya meninggal tahun lalu, dia memanggul beban mencari nafkah demi kedua buah hatinya.
Pekerjaan sebagai penjaga kantin di KMP Tunu Pratama Jaya baru sebulan dilakoni, sebuah upaya keras untuk menyambung hidup dan memastikan anak-anaknya punya masa depan yang lebih baik. Namun, takdir berkata lain. Kapal yang menjadi sumber penghidupannya itu justru merenggut nyawanya saat bertugas.
Jenazah Elok telah diserahkan kepada keluarga pada Kamis Malam 3 Juli 2025 dan dimakamkan di TPU Kelurahan Lateng. Kepergiannya meninggalkan Zulfa, yang baru saja diterima di SMPN 4 Banyuwangi, dan Tirsya, balita empat tahun yang kini sepenuhnya yatim piatu. Rumah sederhana mereka yang tadinya penuh tawa, kini diselimuti keheningan yang menyesakkan.
Hartatik (55), ibunda Elok, tak kuasa menahan tangis saat menceritakan perjuangan putrinya. Dia menjelaskan bahwa sepeninggal suaminya, Elok menjadi tumpuan harapan bagi keluarganya.
"Saat itu ada yang nawari kerja di kantin kapal, Elok terus kerja di sana," kata Hartatik dengan nada sendu, Jumat (4/7/2025).
Diceritakan Hartatik, rutinitas Elok cukup padat. Seminggu, dia bekerja selama 3 hari sekali. Setiap kali Elok bekerja, kedua anaknya diasuh oleh Hartatik. Sedianya, hari Kamis 3 Juli 2025 Kemarin adalah waktu bagi Elok untuk libur, dan dia selalu pulang untuk menemui anak-anaknya.
"Kemarin harusnya pulang. Dia benar-benar pulang tapi sudah dalam keadaan meninggal dunia," cerita Hartatik dengan derai air mata.
Kabar duka itu tiba sekitar pukul 04.00 WIB. Keluarga, yang semula tak percaya, langsung mendatangi pelabuhan dan syok setelah mengetahui kabar itu benar adanya.
"Saya langsung ke Pelabuhan Ketapang cari informasi, apa betul itu kapal yang ditumpangi Elok? ternyata dari sana ya betul, dan Elok terdata meninggal dunia," jelas Hartatik.
"Jenazah dimakamkan jam 10 tadi malam," imbuhnya.
Kini, beban merawat Zulfa dan Tirsya sepenuhnya berada di pundak Hartatik. Zulfa akan segera masuk SMP, dan Tirsya masih balita.
"Anaknya nanti tinggal di sini semua," kata Hartatik, berusaha tegar di tengah duka mendalam.
Kehilangan ganda ini meninggalkan lubang besar di hati Hartatik, namun mereka bertekad untuk terus melangkah demi masa depan Zulfa dan Tirsya. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |