TIMES JATIM, SURABAYA – Semua hal ternyata bisa menjadi ide yang brilian dalam menciptakan busana. Seperti yang dihasilkan oleh 16 lulusan PISON Art and Fashion Foundation (PISON AFF) yang tampil unjuk karya akhir dalam sebuah gelaran Fashion Momentum 2024 Graduation Show, di Fairway Nine Mall Surabaya, Ground Floor West Corridor. Inspirasi mereka sangatlah beragam.
Mereka yang tampil itu adalah 7 siswa pada program kelas Complete Course for Women Design (ready to wear) dan 9 siswa pada program kelas Haute Couture di PISON AFF yang didirikan Elizabeth Njo May Fen.
“Selain 16 siswa itu, ada satu satu guest designer, Iris Liauw. Ia merupakan alumni PISON AFF tahun 2015 atau angkatan yang pertama yang lahir ketika saya masih merintis sekolah busana ini pertama kali,” kata Afen, panggilan Elizabeth, Sabtu (14/12/2024).
Berudul The Seed, Lusiana Magrita Umbo punya ide unik untuk membuat busana yang dia ciptakan bisa menarik perhatian.
“Benih adalah cara alami untuk mengajari kita tentang potensi dan kemungkinan. Setiap benih memiliki berpotensi menjadi sesuatu. kacang tanah sendiri melambangkan kekuasaan, stabilitas, kemakmuran dan kekayaan di masyarakat,” katanya tentang The Seed yang berarti benih itu.
Karya Steffani Hothamto bertema Aestivation.(Dok.Flip Photowork)
Demikian pula dengan Siroj Azhar yang mengangkat hal sepele yakni jaring ikan. Dinamai Fishing Nets, Siroj terinspirasi cara pembuatan jaring ikan dengan teknik tindih, tali, dan menyilang. Teknik itulah yang digunakan Siroj dalam mini collection-nya kali ini. Siluet yang digunakan memang terinspirasi dari jaring ketika diangkat dari permukaan air yang menggembung dan membentuk segitiga.
Atas karyanya itu, Siroj meraih penghargaan sebagai Best Design in Ready to Wear Category dan Best Runway Collection in Ready to Wear Category.
Hal yang tak terduga juga membuat Shellina bisa menciptakan Disguise. Idenya ternyata berawal dari proses pencarian inspirasi berkarya. Saat Shellina menelusuri galeri seni, dia menemukan lukisan yang dikenalnya itu.
Hal itu tak disia-siakan Shellina.
“Saya langsung tahu bahwa saya harus menggunakannya sebagai ide utama koleksi pertama saya untuk kelulusan ini. Bagi saya lukisannya itu menarik karena sederhana dan asimetrisnya. Tapi di situlah ia menjadi artistik. Jadi, kesederhanaan menjadikannya istimewa. Ada lebih banyak hal yang perlu dibantah daripada sekadar wajah yang dibuat garis,” bebernya.
Karya Lusiana Magrita Umbo bertema The Seed.(Dok.Flip Photowork)
Selain ketiganya dari kelas Complete Course for Women Design, ada Alexandrea Teguh dengan Genuine Paradise yang mengangkat pesona burung Cendrawasih.
Benyamin Yacob dengan Theatre yang tercipta dari seni pertunjukan dan teater. Handbok, pakaian tradisional Korea, dijadikan Clarinta Suseno sebagai ide untuk Contemporary Hanbok.
Sementara Yasmin Luthfia membuat Gothic Nouveau dari gaya gotik yang pertama kali muncul pada awal abad ke-12 di wilayah utara.
Dari jajaran kelas Haute Couture, ide dalam karya 9 siswa ini brilian. Mereka bisa mengambil dari banyak hal.
Terinspirasi dari gaun ikonik sang legenda Marilyn Monroe, Rahmi Nisa Zebua menghasilkan Iconic. Kecantikan sosok perempuan legenda juga mendorong Rinda Rhesti menggagas tema Cleopatra. Seperti namanya, desainnya terpicu oleh kecantikan ratu terakhir dari Mesir yang terkenal dari dinasti Ptolemeus itu.
Tak mengira jika Caroline Dita Atelier membuat busana yang mana koleksi hiasnya terinspirasi dari struktur gereja katedral dalam judul Ornamental. Keanggunan dan kelembutan mutiara dalam aneka warna diabadikan Reysha Aollya dalam koleksi bernama Crazy in Pearls. Sementara untuk Eternal, Monica Laurenzia mengusung dua hal yakni bunga hydrangea dan burung lovebird.
Koleksi yang menggambarkan pesona era Victoria dengan kesan romansa menciptakan tampilan yang anggun dengan sentuhan klasik ada pada karya Chava Xaviera dengan Victoria Blooms.
Berjudul Aestivation, Steffani Hothamto seperti menggambarkan proses aestivasi yang menyerupai gerakan atau transformasi bunga sebelum mekar sempurna. Tampak dalam karyanya yang penuh bunga.
Sementara Refsi Venny dengan Aureine, terinspirasi oleh “aura” dan “reine” yang berarti ratu dalam bahasa Prancis.
Lewat koleksinya, Refsi menunjukkan kehadiran sesuatu yang lembut tapi berwibawa. Untuk berkarya dengan judul Syscape, Joanne Andreas mencoba membangkitkan rasa keindahan atau keagungan yang terkait dengan langit dan perubahan keadaannya seperti hujan, guntur dan badai, dan lain-lain.
Atas karya-karya ke-17 anak didiknya itu Afen sangat bangga. Dia tak mengira apa yang ditampilkan melebihi ekspektasinya sebagai mentor yang selama ini mendampingi.
"Saya tahu perjuangan mereka. Untuk sampai pada tahapan graduation show ini saja yang mereka lakukan sangatlah keras. Saya harus telaten dan sabar karena setiap orang punya persoalan masing-masing dan saya harus mengatasinya secara personal. Nggak bisa disamaratakan,” terangnya.
Karena itulah PISON AFF memberikan sejumlah penghargaan atas kerja keras. Ada 11 kategori yang diraih. Selain Siroj dengan dua gelar, ada Best of The Best: Refsi Venny, Best Runway Collection in Haute Couture Category dan Perseverance Award: Rinda Rhesti, Diligence Award: Clarinta Suseno, Stand Out Designer: Alexandrea Teguh, Most Improved Award: Monica Laurenzia, Best Design in Haute Couture Category: Steffani Hothamto, Best Fashion Showcase Display in Ready to Wear Category: Shellina, dan Best Fashion Showcase Display in Haute Couture Category: Joanne Andreas.
Dijelaskan Afen, momentum akhir bagi semua siswanya itu merupakan event fashion show yang selalu diselenggarakan oleh PISON AFF bersamaan dengan kelulusan para siswa.
“Sebelumnya setahun sekali digelar tapi sekarang dua tahun sekali. Pada 2024 kali ini, rangkaian event-nya kami selenggarakan pada 28-30 November 2024. Selain graduation show ada fashion installation di atrium Fairway Nine Mall yang bisa dinikmati oleh semua pengunjung mal,” tegasnya. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Faizal R Arief |