TIMES JATIM, MALANG – Di tengah cepatnya perubahan zaman, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memilih tidak sekadar mengikuti arus. Kampus ini merumuskan visi baru pendidikan Islam yang berakar pada tradisi pesantren, sekaligus menjawab kebutuhan generasi modern. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Ilfi Nur Diana, M.Si., CAHRM., CRMP, UIN Maliki Malang berkomitmen untuk menjadi pusat sinergi kampus–pesantren yang relevan, adaptif, dan berdaya saing global.
Prof. Ilfi Nurdiana menjelaskan bagaimana kampus Ulul Albab ini terus memperkuat hubungan dengan pesantren. Seperti dengan cara menghadirkan sistem pendidikan terpadu hingga menyiapkan berbagai program pemberdayaan di tengah kompleksitas tantangan lembaga pendidikan Islam hari ini.
Dalam sistem pengelolaan pesantren, UIN Maliki Malang memang memiliki track record yang membanggakan. Setiap tahun, UIN Malang menerima sekitar 5.500 mahasiswa baru. 3500 di Kampus 1, 600 di Kampus 2, dan 1500 di Kampus 3. Jumlah ini tidak kecil, namun bagi Prof. Ilfi, orientasinya tidak pernah sekadar angka.
“Kami tidak hanya mengejar kuantitas, tetapi mempertahankan kualitas,” tegasnya.
Salah satu kunci kualitas itu adalah kewajiban tinggal di ma’had selama satu tahun. Seluruh mahasiswa baru hidup di lingkungan pendidikan khas pesantren, lengkap dengan disiplin harian dan pembiasaan moral. Di waktu yang sama, mereka diwajibkan mengikuti program bahasa Arab dan Inggris selama satu tahun penuh di Pusat Bahasa. Fondasi bahasa dan karakter ini lah yang membedakan UIN Malang dari kampus lain.
Selain sistem ma’had, UIN Malang memiliki kebanggaan lain: kehadiran organisasi Hai’ah Tahfidz al-Qur’an (HTQ). Setiap tahun, ada 500–600 mahasiswa baru yang mendaftar untuk mengikuti program tahfiz ini.

“Dalam satu periode, kurang lebih 3.000 mahasiswa menjadi hafidzul Qur’an. Ini kebanggaan kami,” ujar Prof. Ilfi.
Tidak banyak perguruan tinggi Islam yang mampu mencetak hafiz dalam jumlah besar sekaligus konsisten setiap tahun. Di UIN Malang, tahfiz bukan program pinggiran, melainkan bagian integral dari pembentukan karakter mahasiswa.
Sejak berdiri, UIN Malang telah menjadi rumah bagi berbagai tokoh di dunia politik, birokrasi, pengusaha, hingga pemimpin masyarakat. Jejak alumni yang tersebar di tingkat regional dan nasional menjadi bukti bahwa model pendidikan terpadu di kampus ini berbuah nyata.
“Semoga kampus ini terus berkembang menjadi Perguruan Tinggi Islam terbaik di tingkat nasional maupun internasional, serta menebar kebermanfaatan bagi masyarakat,” harap Prof. Ilfi.
Membaca Tantangan Pesantren Masa Kini
Rektor UIN Malang melihat masa depan pesantren tidak hanya menjanjikan, tetapi juga penuh tantangan besar. Beberapa tantangan internal yang dia sebut mulai dari penyiapan kurikulum yang relevan untuk Gen Z, agar santri bukan hanya siap bekerja, tetapi mampu menciptakan lapangan kerja. Kemudian penyiapan fasilitas yang aman dan nyaman, termasuk hunian yang layak. Selanjutannya fasilitas sanitasi, air bersih, dan kesehatan fisik maupun psikis santri.
Tak berhenti disitu, Pakar Manajemen SDM itu juga menyebut bahwa pesantren juga dihadapkan dengan beragam tantangan eksternal. Mulai dari tuntutan keseimbangan antara tradisi pesantren dan modernisasi, daptasi terhadap teknologi dan digitalisasi, hingga isu-isu negatif terhadap pesantren, seperti narasi feodalisme atau kekerasan santri, yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang ingin melemahkan pesantren.
“Ini narasi yang dibawa supaya pesantren tidak bisa menjadi besar,” tegas Prof. Ilfi.
Sebagai kampus berbasis pesantren dan berakar kuat dalam tradisi keilmuan Islam, UIN Malang merasa memiliki tanggung jawab moral dan akademik dalam pemberdayaan pesantren di Indonesia. Hal itu diwujudkan dalam beberapa program pendampingan pesantren yang telah diluncurkan.
Wanita yang mengambil pendidikan doktoral di Universitas Airlangga Surabaya itu menjelaskan ada tiga program unggulan yang disiapkan:
1. Pendampingan Manajemen Konstruksi
Belajar dari kasus keruntuhan bangunan di Pondok Al-Hazini, UIN Malang menyiapkan mahasiswa dan dosen dari Fakultas Teknik untuk membantu pesantren. Mulai dari mendesain gambar bangunan, menyusun spesifikasi konstruksi, hingga dan memberikan pendampingan teknis yang dibutuhkan.
"Mahasiswa semester 6 bahkan sudah disiapkan untuk terjun langsung ke masyarakat," tuturnya.
2. Penguatan Eco-Theology
UIN Malang mendorong pesantren menjadi lingkungan yang bersih, sehat, dan ramah lingkungan.
“Bukan berarti pesantren tidak ramah lingkungan, tetapi kami ingin meningkatkan dan mengembangkan agar semuanya semakin baik,” jelasnya.
3. Pendampingan Psiko-Sosial
Program ini difokuskan pada beberapa hal. Seperti konseling santri, pendampingan bagi guru, dan pencegahan persoalan psikis di lingkungan pesantren.
Selain tiga program utama tersebut, UIN Malang menyiapkan pendampingan lain sesuai fakultas yang dimiliki. Mulai dari pemberdayaan ekonomi pesantren, penguatan unit bisnis, pengembangan lembaga keuangan syariah, zakat–infak–wakaf, hingga transformasi wakaf produktif menggunakan QRIS.
Prof. Ilfi menyebut model kampus seperti Al-Azhar Mesir dan Al-Qarawiyyin Maroko sebagai inspirasi. Keduanya mampu memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswa berkat dana abadi berbasis wakaf.
“Kalau Harvard saja bisa mengumpulkan dana abadi 800 triliun lebih, mengapa perguruan tinggi Islam tidak bisa? Ini ajaran kita, tetapi yang mempraktikkan justru orang luar,” ujarnya.
Hubungan Simbiosis Pesantren–Perguruan Tinggi
Bagi UIN Malang, hubungan dengan pesantren bukan sekadar kerja sama institusional, tetapi simbiosis nilai. Kampus merasa titipan karakter mahasiswa berasal dari pesantren dan para kiai. Sebaliknya, pesantren membutuhkan keahlian kampus dalam manajemen, teknologi, ekonomi, dan riset.
“Pesantren dapat ikut mengawal UIN Malang menjadi penjaga moralitas bangsa. Jika mahasiswa kami datang ke pesantren untuk riset atau pengabdian, mohon bisa diterima,” pinta Prof. Ilfi.
Ia menegaskan, antusiasme mahasiswa UIN Malang terhadap pesantren sangat besar. Banyak yang ingin belajar langsung ke komunitas tempat tradisi dan nilai Islam tumbuh kuat. Di tengah perubahan zaman yang cepat, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mencoba menjembatani kebutuhan modern sambil menjaga akar tradisi Islam. (*)
| Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
| Editor | : Imadudin Muhammad |