TIMES JATIM, MALANG – Jawa Timur punya senjata tersembunyi yang bisa mempercepat langkah menuju Indonesia Emas 2045. Bukan tambang atau pabrik besar, melainkan sektor pariwisata. Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Prof. Dwi Budi Santoso, yang menilai pariwisata sebagai penggerak ekonomi dengan efek berantai yang luar biasa.
Menurut Prof. Dwi, selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Timur hanya menyentuh angka 6,6 persen. Untuk bisa melesat hingga 8 persen atau lebih, daerah ini perlu mengandalkan sektor-sektor yang bisa memperkuat berbagai lini ekonomi sekaligus l, dan pariwisata ada di barisan terdepan.
“Setiap pengeluaran wisatawan memicu efek domino: sektor transportasi hidup, hotel terisi, UMKM kuliner bergeliat, dan tenaga kerja terserap,” katanya.
Lebih dari itu, pariwisata juga membuka ruang kerja lintas sektor, memperkuat keahlian SDM, dan mendorong investasi lokal. Dengan strategi yang tepat, kata Dwi, pariwisata bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi daerah.
Namun ia mengingatkan, pertumbuhan ekonomi tidak selalu berjalan mulus. Merujuk pada teori ekonomi Solow, ekonomi bisa mengalami pasang surut: kadang tumbuh, kadang melambat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk menciptakan kondisi investasi yang efisien, murah, dan stabil agar pertumbuhan bisa berkelanjutan.
“Kalau biaya investasi bisa ditekan dan regulasi dibuat lebih simpel, maka pertumbuhan bisa didorong ke titik yang lebih tinggi,” jelasnya.
Tantangannya, dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, masing-masing punya tingkat pertumbuhan dan kesiapan yang berbeda. Inilah yang disebut Dwi sebagai "konvergensi club", yakni wilayah-wilayah yang secara alami membentuk kelompok pertumbuhan sendiri berdasarkan kondisi sosial ekonomi mereka.
Contohnya, Kota Batu. Kota ini sudah memiliki infrastruktur wisata yang mapan. Maka, menurut Dwi, fokusnya bukan lagi membangun hotel atau jalan, tapi bagaimana meningkatkan daya tarik destinasi dan kualitas layanan untuk mempertahankan dan menarik lebih banyak wisatawan.
“Kalau infrastrukturnya sudah kuat, maka perlu inovasi destinasi dan layanan untuk meningkatkan jumlah kunjungan,” tambahnya.
Indikator keberhasilan sektor pariwisata pun bisa diukur dari kontribusinya terhadap PDRB daerah, jumlah wisatawan yang datang, hingga seberapa besar sektor akomodasi, transportasi, dan kuliner berkembang di daerah tersebut.
Melalui strategi yang tepat, pariwisata tak hanya menjadi andalan ekonomi lokal, tapi juga jalan menuju mimpi besar Indonesia Emas 2045, sebuah masa depan di mana Indonesia menjadi negara maju dengan kesejahteraan merata. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |