TIMES JATIM, MALANG – Prestasi membanggakan kembali diraih mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Naufal, mahasiswa semester 5 Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah, UIN Maliki Malang, berhasil meraih Juara 3 dalam Lomba Puitisasi Hadis Tingkat Nasional yang menjadi bagian dari rangkaian Akhbarana Fest 2025. Raihan ini disambut hangat oleh civitas akademika serta lembaga pembinaan mahasantri tempatnya mengabdi.
Naufal, mahasiswa asal Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, dikenal memiliki kepercayaan diri kuat dan bakat menonjol dalam dunia public speaking. Sejak awal menempuh studi, ia sudah menaruh minat besar pada retorika, dakwah, dan komunikasi persuasif. Bagi dirinya, berbicara bukan sekadar menyusun kata, tetapi menyentuh hati dan menyampaikan pesan yang sarat makna.
Selain menjalani perkuliahan, Naufal aktif sebagai Musyrif di Ma’had Sunan Ampel Al Aly (MSAA) UIN Malang. Di ma’had, ia membimbing para mahasantri serta terlibat dalam berbagai kegiatan pengabdian. Pengalaman tersebut menjadi ruang penting untuk mengasah kepemimpinan dan kecakapan komunikasinya.
Pada tahun 2025, ia juga dipercaya sebagai Mahasiswa Berprestasi Fakultas Syari’ah, sebuah pengakuan yang semakin memacu semangatnya memperkuat kemampuan di bidang public speaking.
Motivasi mengikuti lomba ini berangkat dari keinginannya mengembangkan potensi diri sekaligus menyalurkan ketertarikan pada seni sastra Islami. Naufal melihat Puitisasi Hadis sebagai media kreatif untuk menyampaikan nilai-nilai hadis melalui bahasa puitis yang estetik namun tetap berbobot. Lomba tersebut menjadi wadah pembuktian diri sekaligus peluang membawa nama baik kampus dan ma’had.
Dalam proses persiapan, Naufal mengakui tantangan terbesarnya adalah menemukan keseimbangan antara makna hadis dan pemilihan diksi puitis. “Memadukan makna hadis dengan diksi puitis yang indah, namun tetap menjaga keaslian pesan hadis, menjadi tantangan tersendiri,” ungkapnya.
Ia juga harus berhadapan dengan manajemen waktu di tengah padatnya agenda kuliah dan aktivitas di ma’had.
Untuk mengatasinya, ia menerapkan jadwal belajar yang ketat, melakukan riset mendalam terhadap hadis yang akan dipuitisasi, dan melatih intonasi serta ekspresi secara intensif.
Dukungan dosen dan lingkungan ma’had turut memberi energi tambahan agar ia tetap fokus dan percaya diri hingga proses penjurian. (*)
| Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
| Editor | : Imadudin Muhammad |