https://jatim.times.co.id/
Berita

Simpan Banyak Benda Bersejarah, Kecamatan Modo Pegang Peran Penting di Masa Silam

Kamis, 02 Maret 2023 - 12:57
Simpan Banyak Benda Bersejarah, Wilayah Modo Lamongan Pegang Peran Penting di Masa Silam Camat Modo, Ahmad Koerniawan (topi merah), bersama Kades Sambangrejo, Sodiq Mundhofar (topi hitam) serta pemerhati sejarah dan budaya, Supriyo, saat melihat Prasasti Sambangan di lahan jagung. (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, LAMONGAN – Wilayah Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan menyimpan banyak peninggalan benda bersejarah. Tercatat ada 8 prasasti kuno yang tersebar di sejumlah desa.

Bahkan salah seorang pemerhati sejarah dan budaya, Supriyo, mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peninggalan benda bersejarah yang tersebar di Kecamatan Modo tidak hanya berupa prasasti, tapi juga beragam benda-benda kuno lainnya, seperti lingga, yoni hingga pecahan keramik kuno.

"Dalam catatan saya, untuk prasasti yang ditemukan di Kecamatan Modo ini jumlahnya juga sangat banyak, yaitu mencapai 8 prasasti," kata Supriyo, Kamis (2/3/2023).

Priyo menjelaskan, di antara 8 prasasti yang ada di Modo, ada 2 prasasti yang hingga kini masih tetap berada di tempat aslinya, yaitu Prasasti Sambangan 1 dan Sambangan 2, yang berada di Desa Sambangrejo.

Letak kedua prasasti yang terbuat dari batu tersebut juga berdekatan. Prasasti Sambangan 1 terletak di tengah ladang jagung, sedangkan Prasasti Sambangan 2 berada di pematang sawah. Kedua prasasti hanya berjarak belasan meter.

Prasasti Sambangan 1 posisinya masih terpendam di tanah dan hanya terlihat bagian atas berbentuk kurawal. Bagian yang di atas permukaan tanah memiliki tinggi sekitar 47 sentimeter, lebar 73 sentimeter dan ketebalan 29 sentimeter. Permukaannya kasar dan berlubang-lubang.

"Kondisi atau keadaan prasasti tidak terawat, prasasti ini tulisannya juga sudah tidak terlihat lagi," tutur Priyo.

Sedangkan Prasasti Sambangan 2 yang terletak tepat di pematang sawah, kondisinya juga hampir sama dengan Prasasti Sambangan 1. Badan prasasti juga hanya terlihat sebagian, walaupun sempat dilakukan penggalian.

Bagian Prasasti Sambangan 2 yang ada di permukaan tanah berukuran tinggi sekitar 65 sentimeter, lebar 72 sentimeter dan tebal sekitar 14 sentimeter. Keadaan prasasti juga tidak terawat. Namun ia mengaku, apapun kondisinya hari ini, ini adalah jejak-jejak peradaban yang saat ini ada di Modo.

"Prasasti Sambangan 2 ini kami perkirakan dari masa Airlangga, sementara prasasti yang satunya belum bisa diketahui apakah dari masa yang sama atau dari masa yang berbeda. Keberadaan 2 prasasti yang berdekatan ini, meski belum diketahui dari masa apa, tapi sudah menunjukkan arti penting kawasan Modo ini di masa lalu," ujarnya.

Selain 2 prasasti di Desa Sambangrejo, ada satu lagi prasasti yang berada di Dusun Sedah, Desa Pule, Kecamatan Modo. Prasasti itu adalah Prasasti Sedah. Sayangnya, kondisi prasasti ini sudah sangat aus, sehingga tidak dikenali lagi aksaranya.

"Sesuai namanya, keberadaannya sering dikaitkan dengan Empu Sedah, pujangga Jawa yang menulis Kakawin Bharatayuddha dalam bahasa Jawa kuna," kata Priyo.

Prasasti Sedah terbuat dari batu putih, dengan tinggi 153 sentimeter, lebar 95 sentimeter dan ketebalan 29 sentimeter.  Prasasti ini cukup terlindungi karena berada di bawah cungkup yang dibuat secara permanen. Sekeliling prasasti juga berpagar besi.

"Dari sedikit yang saya ketahui mengenai nama Dusun Sedah, tampaknya nama Sedah sangat berkaitan dengan keberadaan Punden Sentono ini yang konon dipercaya sebagai Petilasan Empu Sedah yang hidup pada masa Kerajaan Kadiri di Abad 11," tutur Priyo.

Tak jauh dari lokasi Prasasti Sedah, sekitar 200 meter,  terdapat sebuah punden yang dinamakan Punden Sentono oleh warga setempat.

"Namun tidak diketahui pasti, apakah antara batu prasasti dan punden ini saling berhubungan atau tidak. Tidak ada juga catatan mengenai prasasti ini dari penelitian atau pun register yang pernah dilakukan sebelumnya," ucapnya.

Selain adanya sejumlah benda bersejarah, berdasarkan cerit tutur yang berkembang, wilayah Kecamatan Modo pada zaman dulu juga menjadi tempat Gajah Mada menghabiskana masa kecilnya. Tepatnya di situs Sitinggil.

"Dinamai situs Sitinggil karena memang letaknya yang lebih tinggi dari kawasan di sekitarnya dan lebih dikenal oleh masyarakat sebagai petilasan Joko Modo, nama kecil Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit,” kata Camat Modo, Ahmad Koerniawan.

Koerniawan pun berharap, dari cerita tutur terkait sosok Gajahmada muda atau Joko Modo dan banyaknya temuan benda-benda arkeologis, ke depan dapat membuat desa-desa di Kecamatan Modo bisa kembali bangkit dan semakin maju.

"Kami berharap agar potensi desa-desa di Modo dengan peninggalan sejarahnya ini bisa semakin terangkat dan peran penting Modo di masa lalu bisa kembali digaungkan untuk kejayaan Kabupaten Lamongan," ucap Koerniawan. (*)

Pewarta : MFA Rohmatillah
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.